MANGGARAIBARAT, metro7.co.id – Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) selaku fasilitator, menggelar pelatihan penguatan kapasitas SDM petani berkebun hidroponik di Desa Golo Desat, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pelatihan ini dilaksanakan selama sepekan sejak Senin sampai Sabtu (14-19/9/2020).

Pelatihan ini diikuti 22 peserta petani dari sejumlah Desa. 11 petani Desa Golo Desat, Kecamatan Mbeliling, tiga petani dari Desa Liang Ndara, Kecamatan Mbeliling, satu dari Desa Poco Golo Kempo, Kecamatan Sano Nggoang, satu petani dari Desa Watu Nggelek, dua petani dari Desa Nggorang, satu dari Desa Macang Tanggar, Desa Batu Cermin dan Desa Wae Kelambu, kecamatan Komodo dan satu petani dari Desa Golo Riwu, Kecamatan Kuwus.

Direktur Utama BOPLBF, Shana Fatina dan Camat Mbeliling Robertus Resmianto membuka kegiatan pelatihan ini. Hadir juga Penjabat Kepala Desa Golo Desat, Daniel Jumi dan Sekretaris Desa Golo Desa, Alexander Subin.

 

Pertanian Dorong Pariwisata

Shana Fatina dalam sambutannya menegaskan, pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting yang dapat mendukung sektor pariwisata. Produk pertanian yang dihasilkan para petani harus berkualitas agar mampu bersaing dalam industri pariwisata Labuan Bajo. Dengan demikian, masyarakat petani dapat memperoleh manfaat dari pertumbuhan pariwisata Labuan Bajo.

“Jika kita ingin menjadi petani dan peternak yang makmur, kita harus mendorong produk kita untuk dapat dimanfaatkan lebih banyak wisatawan. Kita pastikan wisatawan mengonsumsi sayur-sayuran, kopi dari Mbeliling. Hal-hal seperti ini yang sedang kita bantu dan kita asistensi agar hotel, restoran, dan kapal harus mengambil dan mengutamakan produk-produk lokal yang dihasilkan oleh teman-teman petani,” kata Shana.

 

Kualitas Produk

Lebih lanjut, Shana menegaskan, konsep wisata premium yang sedang dikembangkan di Labuan Bajo saat ini bukan hanya sekedar bicara tentang tarif mahal. Akan tetapi kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan perlu penekanan maksimal.

Shana berharap, melalui pengembangan teknologi pertanian hidroponik yang dilaksanakan BOPLBF kali ini makin mendorong para petani di Kecamatan Mbeliling untuk dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang mampu memenuhi standar kualitas pariwisata.

Dia merincikan, tahun 2019, hampir 85% bahan baku pangan industri pariwisata Labuan Bajo masih didatangkan dari luar daerah. Sementara, 66% masyarakat masih menggeluti sektor primer, seperti pertanian, perkebunan, perikanan, maupun peternakan.

“Kami mendorong teman-teman di sini melalui hidroponik yang kita lakukan hari ini. Kita mulai belajar menyiapkan produk-produk pertanian yang baik dan mampu memenuhi standar kualitas pariwisata. Teman-teman di Mbeliling harus berkomitmen untuk ambil bagian dari rantai pasok pariwisata Labuan Bajo,” tegas Shana.

Menurut Shana, pembangunan pariwisata Labuan Bajo yang masif tidak akan ada artinya jika masyarakat Manggarai Barat tidak dilibatkan. Begitupun dengan konten lokal sebagai sumber natura setempat jika tidak terpenuhi tentunya tidak akan memberi dampak signifikan bagi masyarakatnya.

Itu sebabnya partisipasi masyarakat membangun pariwisata dari berbagai sektor, salah satunya sektor pertanian menjadi fokus perhatian BOPLBF saat ini.

Senada, Kepala Divisi Industri dan Kelembagaan BOPLBF Wisjnu Handoko mengatakan, pelaksanaan pelatihan hidroponik tidak akan hanya berakhir sampai bibit tanaman disemai. BOPLBF akan terus melakukan pendampingan dan monitoring hingga pelaksanaan panen pertama.

“Kami tidak hanya melatih, tetapi juga akan mendampingi sampai selesai. Target kami hari ke 7 semua bibit sudah harus disemai dan kami akan dampingi dan sekaligus monitoring perkembangan tanaman dan produktivitas kelompok sampai dengan panen pertama kita laksanakan,” jelas Wisjnu.

Camat Mbeliling, Robertus Resmianto, dalam sambutannya mengatakan, teknologi hidroponik harus dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

“Kita manfaatkan potensi yang ada untuk mendukung pariwisata kita. Hidroponik harus kita manfaatkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, dan pariwisata kita,” ujar Robertus.***