Pemerintah Genjot UMKM dan Petani Hidroponik di Manggarai Barat
MANGGARAIBARAT, metro7.co.id – Geliat pembangunan infrastruktur Kawasan Strategis Pariwisata Nasional di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus dikebut. Bersamaan dengan itu, sentra Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga menjadi fokus perhatian pemerintah. Hal ini dilakukan untuk membangkitkan gairah perekonomian masyarakat yang mengalami kelesuan akibat pandemi covid-19.
Kelompok usaha kuliner dan kelompok tani sayur organik adalah dua sentra perekonomian yang kini sedang digenjot pemerintah melalui sejumlah Kementerian terkait dan Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLF).
Hasil penelusuran metro7.co.id selama sepekan terakhir, setidaknya ada dua Kementerian yang kini sedang fokus melakukan kegiatan pelatihan dan pendampingan kelompok usaha kuliner di Labuan Bajo.
Kemenparekraf
Direktorat Industri Kreatif Fesyen, Desain dan Kuliner, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenpatekraf) RI pada Kamis (10/9/2020) menggelar kegiatan Workshop Pelatihan dan pendampingan inkubasi kuliner untuk produsen makanan utama di Hotel Jayakarta, Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Sebanyak 40 peserta terdiri dari ibu-ibu pelaku UMKM di Labuan Bajo ikut dalam pelatihan tersebut. Tampil sebagai narasumber utama dalam kegiatan pelatihan ini dua Chef berpengalaman, Michael Whyag dan Nurhayati Alwi dari Pondok Flores.
Arie Parikesit, Pakar kuliner dari Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kemenparekraf RI menjelaskan, inkubasi kuliner adalah pendampingan warga lokal sebagai pelaku bisnis kuliner makanan utama. Ada tiga kategori kelompok UMKM yang mendapat pelatihan dan pendampingan Kemenparekraf, yakni kelompok produksi makanan oleh-oleh, tour kuliner, kelas masak, kelas kopi, dan pelaku bisnis kuliner makanan utama.
Arie menjelaskan lebih jauh. Workshop inkubasi kuliner untuk produsen makanan utama ini bertujuan mendorong pelaku UMKM di Labuan Bajo agar bisa menyajikan makanan terbaik buat para tamu-tamu yang datang di Labuan Bajo. Menurut Arie, makanan lokal itu ternyata menjadi daya tarik wisata. Terutama di destinasi prioritas super premium seperti Labuan Bajo.
“Kita ingin ibu-ibu terus mengembangkan menu-menu makanan lokal dengan menggunakan bahan-bahan lokal Mabar. Sehingga orang tahu, kalau ke Labuan Bajo bukan hanya lihat Komodo, selfie di pulau Padar, Rinca tetapi juga ada kenangan berupa makanan-makanan lokal yang lezat. Untuk itu, Kemenparekraf RI mendorong warga Labuan Bajo dengan melakukan pendampingan,” tandas Arie yang juga pemandu acara kuliner Kelana Rasa Trans TV.
Kemenkop UKM
Sejalan dengan Kemenparekraf, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) juga terus menggenjot Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui peningkatan produksi dan pemasaran secara digital melalui kegiatan pelatihan 270 pelaku koperasi dan UKM di Labuan Bajo, Senin (14/9/2020).
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkop UKM, Arif Rahman Hakim mengatakan, pelatihan ini digelar sebagai dukungan pemerintah kepada daerah pariwisata Labuan Bajo.
Arif menjelaskan, sasaran pelatihan, antara lain untuk pemandu wisata dan para pengrajin. Materi pelatihan terkait pengolahan hasil kuliner, pertanian, perikanan hingga kewirausahaan agar bisa meningkatkan pemasaran secara digital melalui laman-laman katalog pemerintah, yaitu LKPP dan BUMN.
Menurut Arif, dalam pelatihan itu, Kemenkop UKM bekerjasama dengan Telkom untuk melatih pelaku UMKM mahir terhadap e-commerce dan aplikasi pasar digital guna mendukung daerah pariwisata Labuan Bajo.
“Kami bersinergi dan berkoordinasi dengan LKPP dan PT. Telkom untuk memberikan pelatihan aplikasi pada laman pemerintah aplikasi bela pengadaan untuk BUMN dan aplikasi pasar digital (PaDi),” ujarnya.
Kemenkop UKM, kata Arif, menargetkan, pelaku UMKM di destinasi wisata Labuan Bajo memiliki bekal pengetahuan menghadapi perubahan, penurunan pemasaran akibat pandemi covid-19.
“Targetnya yang ingin dicapai, pelaku UMKM diharapkan mempunyai bekal pengetahuan untuk bisa menyesuaikan terhadap perubahan-perubahan yang ada. Perubahan yang dialami adalah mereka yang mengalami penurunan pemasaran akibat pandemi covid-19,” katanya.
BOPLF
Sementara itu, Badan Otoritas Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLF) menggenjot peningkatan kapasitas SDM kelompok-kelompok tani melalui berbagai kegiatan pelatihan di daerah pedesaan.
Sebelumnya, BOPLF meluncurkan kegiatan yang bertajuk “Tour The Mabar” di lima Kecamatan, yakni Komodo Mbeliling, Sano Nggoang, Boleng, dan Macang Pacar. BOPLF menyambangi lima Kecamatan tersebut melakukan sosialisasi dan identifikasi teekait potensi yang ada di lima Kecamatan itu.
Rollys Epol, salah seorang pengampu program BOPLF menjelaskan, program Tour The Mabar ini untuk penguatan SDM kelompok tani mendukung industri pariwisata Labuan Bajo.
“Tahapannya kami mulai dengan kegiatan Tour The Mabar. Dalam kegiatan ini kita melakukan sosialisasi tentang program BOPLF. Selanjutnya kami melakukan identifikasi melibatkan para Kepala Desa. Identifikasi ini terkait potensi apa yang cocok di Desanya masing-masing,” tutur Rollys Epol kepada media ini di Kampung Ranggawatu, Desa Golo Desa, Kecamatan Mbeliling, Selasa (15/9/2020).
Rollys menjelaskan, hasil survey BOPLF, Kecamatan Mbeliling sangat cocok untuk pengembangan usaha sayur organik melalui teknik berkebun hidroponik. Topografi wilayah, potensi alam dan suhu sangat cocok mulai dari Melo hingga Ranggawatu. Yang perlu digenjot adalah spirit dan kemauan para petani untuk terus belajar dan bekerja.
“Ketika disurvey kemarin, Kecamatan Mbeliling ternyata berpotensi sebagai penyumbang sayur-sayuran dan buah-buahan untuk Labuan Bajo. Kita mulai dengan yang sample dulu, Berkebun sayuran hidroponik. Kelebihan sayur hidroponik bertahan lama. Beda dengan sayur yang ditanam secara konvensional. Panen hari ini bisa bertahan tiga sampai empat hari,” terangnya.
Studi lapangan BOPLF, kata Rollys, menunjukkan bahwa selama ini sayur dan buah buahan untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Labuan Bajo didatangkan dari Jawa Bali, NTB dan Bajawa. Dia merincikan, tahun 2019, hampir 85% supply bahan baku pangan industri pariwisata Labuan Bajo masih didatangkan dari luar daerah, sementara, 66% masyarakat masih berprofesi di sektor primer, meliputi pertanian, perkebunan, perikanan, maupun peternakan.
“Kenapa Mabar tidak ada, karena kita belum banyak yang membuat usaha hidroponik. Karena itu kami memulai pelan-pelan untuk kelompok pemula. Yang terpenting mereka bisa sampai panen pertama. Setelah itu silahkan usaha sendiri. Tapi kelompok yang kita bentuk kemarin adalah kelompok binaan yang terus kita dampingi selama sebulan sampai panen pertama,” lanjut Rollys.
Program pemberdayaan BOPLF tidak sekadar berteori. Para petani dilatih/didampingi agar petani bisa kerja terampil. Bersamaan dengan itu, alat bantu kerja juga dibelanjakan untuk para petani.
“Kami menjelaskan hidroponik dilengkapi dengan alat bantu kerja seperti pipa, pompa hidroponik, teknik instalasi hidoponik, kain planel, dll. Supaya usaha ini jelas outputnya”, tutur Rollys.
Pantauan metro7.co.id, di Kampung Ranggawatu, Desa Golo Desat, Senin (14/9/2020), sebanyak 22 petani mengikuti pelatihan penguatan kapasitas SDM petani berkebun hidroponik yang difasilitasi BOPLF. Pelatihan ini dilaksanakan selama sepekan sejak Senin-Sabtu (14-19/9/2020).
Direktur Utama BOPLBF, Shana Fatina dan Camat Mbeliling Robertus Resmianto membuka kegiatan pelatihan ini. Hadir juga Penjabat Kepala Desa Golo Desat, Daniel Jumi dan Sekretaris Desa Golo Desa, Alexander Sabin.
Shana Fatina dalam sambutannya menegaskan, pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting yang dapat mensupport sektor pariwisata. Produk pertanian yang dihasilkan para petani harus berkualitas agar mampu bersaing dalam industri pariwisata Labuan Bajo. Dengan demikian, masyarakat petani dapat memperoleh manfaat dari pertumbuhan pariwisata Labuan Bajo.
“Jika kita ingin menjadi petani dan peternak yang makmur, kita harus mendorong produk kita untuk dapat dimanfaatkan lebih banyak wisatawan. Kita pastikan wisatawan menkonsumsi sayur-sayuran, kopi dari Mbeliling. Hal-hal seperti ini yang sedang kita bantu dan kita asistensi agar hotel, restoran, dan kapal harus mengambil dan mengutamakan produk-produk lokal yang dihasilkan oleh teman-teman petani”, kata Shana.
Lebih lanjut, Shana menegaskan, konsep wisata premium yang sedang dikembangkan di Labuan Bajo saat ini bukan hanya sekedar bicara tentang tarif mahal. Akan tetapi kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan perlu penekanan maksimal.
Shana berharap, melalui pengembangan teknologi pertanian hidroponik yang dilaksanakan BOPLBF kali ini makin mendorong para petani di Kecamatan Mbeliling untuk dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang mampu memenuhi standar kualitas pariwisata.***