JAKARTA, metro7.co.id – Wartawan Senior yang melakukan perjalanan keliling Indonesia dalam ekspedisi Indonesia Biru pada tahun 2015, Dandhy Dwi Laksono menyatakan, mereka yang bicara atau menyuarakan masalah Papua dan mempertanyakan slogan NKRI harga mati akan menjadi minoritas di Indonesia.

Hal itu disampaikan Sutradara Sexy Killers dalam dikusi daring “4 Jurnalis Keliling Indonesia Bicara 75 Tahun Indonesia Merdeka dan NKRI Harga Mati” yang digelar Redaksi Jubi, Senin petang 17 Agustus 2020 lalu.

“Bicara Papua, mempertanyakan NKRI harga mati, itu minoritas di Indonesia,” katanya.

Menurutnya, posisi mereka yang bicara masalah Papua sama seperti penganut agama apapun, di luar enam agama resmi yang diakui di Indonesia.

“(Ketika bicara Papua) itu (kita akan menjadi) minority,” ujarnya.

Menurutnya, Yogyakarta juga pernah menyuarakan merdeka karena tidak diberikan Undang-Undang khusus, atau kekhususan (keistimewaannya) akan dihilangkan. Akan tetapi kebanyak orang terkesan memaklumi aspirasi itu.

“Tapi kok dengan Jogja kita bisa memaklumi. Kita juga jadi rasiskan. Kenapa kita anggap wajar Jogja minta merdeka, (hanya) karena kerajaan kesulitannya lebih tua [dari negara]. Kenapa orang Papua nggak boleh? Kenapa beda perlakuannya?” ucapnya.

Disisi lain, Jurnalis yang keliling Indonesia pada 2009 lalu, dalam ekspedisi Zamrud Katulistiwa, Farid Gaban mengatakan Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman. Akan tetapi keliru jika ingin menyeragamkan perbedaan itu, termasuk cara berpikir.

“Aspirasi (atau pendapat lain) harus dihormati. Bahkan termasuk aspirasi keinginan merdeka. Itukan baru keinginan. Kita mesti melihatnya lebih rileks,” kata Farid Gaban.

Menurutnya, Pemerintah dan masyarakat seharusnya tidak boleh hegemoni atau bersikap antipati terhadap adanya orang yang berbeda pandangan.***(law-justice)