SINGKAWANG, metro7.co.id – Festival Pertengahan Musim Gugur (Mid Autumm Festival) atau yang lebih dikenal sebagai Zhong Qiu Jie merupakan perayaan yang paling populer di kalangan masyarakat Tionghoa di berbagai penjuru dunia, setelah Perayaan Tahun Baru Imlek.

Kepopuleran Zhong Qiu hingga saat ini masih tetap terjaga dan terlestarikan, bahkan semakin meningkat dari tahun ke tahun, karena tidak hanya masyarakat Tionghoa yang merayakannya, namun masyarakat Eropa juga turut merayakannya sebagai simbol Pekeluargaan, Persaudaraan, dan Cinta Negara.

Saking populernya, Hari Raya Zhong Qiu ditetapkan sebagai Malam Bulan Purnama paling terang dan bulat sempurna.

Walikota Singkawang Tjhai Chui Mie mengatakan, Festival Kue Bulan menjadi sangat populer dan terus dirayakan untuk mengenang keberhasilan nenek moyang rakyat Tiongkok yang telah membebaskan diri dari penjajahan Mongol.

Kue bulan bermakna simbolik hidup harmonis, kebebasan, dan kedamaian masyarakat Tiongkok ketika itu.

“Dalam masa 1 tahun, ada 12 X bulan purnama, tetapi yang paling terang, bulat dan yang paling indah dipandang, adalah bulan purnama di malam tanggal 15, bulan 8 penanggalan kalender Imlek. Inilah bulan purnama penuh di Hari Raya Zhong Qiu Jie yang tahun ini, jatuh pada tanggal 1 Oktober 2020, bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila,” kata Walikota Singkawang Tjhai Chui Mie.

Ia mengatakan, setiap penanggalan Imlek tanggal 15 bulan 8, semua masyarakat Tionghoa menikmati lezatnya kue bulan, termasuk dirinya yang menikmati kue yang bentuknya bulat itu di Vihara Dewi Kwan Im atau Vihara Budi Dharma, Jalan GM. Situt, Kelurahan Pasiran, Kecamatan Singkawang Barat, Kota Singkawang.

“Festival Zhong Qiu, tidak hanya sebagai moment untuk berkumpul bersama, mengeratkan hubungan kekeluarga, persaudaraan, dan kebersamaan bersama anggota keluarga, tetapi juga memiliki makna Cinta Negara,” ungkap Tjhai Chui Mie.

Dikatakannya, makna Cinta Negara bermula pada zaman kekuasaan Dinasti Yuan yang merupakan dinasti asing di Tiongkok, karena didirikan oleh Bangsa Mongol. Pendirinya adalah Kubilai Khan yang bergelar Shizu pada tahun 1279 -1294.

Pada masa pemerintahan Dinasty Yuan, Negara Tiongkok terjadi banyak bencana alam seperti banjir dan wabah penyakit, yang diduga merupakan penyakit sampar. Selain itu juga terjadi pemberontakan di mana-mana yang menyebabkan rakyat Tiongkok hidup dalam kemiskinan, kesengsaraan, dan ketakutan.

“Pada masa itu bangsa Mongol berkuasa dan bersikap sangat kejam. Rakyat Tiongkok tidak kuasa melawan kekejaman pasukan Mongolia karena hidup dalam kesengsaran dan tidak memiliki senjata untuk melakukan perlawanan. Untuk mengakhiri kekejaman Kerajaan Yuan, Rakyat Tiongkok yang hidup dalam penderitaan, akhirnya memberanikan diri untuk bangkit dan melakukan pemberontakan. Dibawah pimpinan Zhu Yuan Zhang yang menyelipkan secarik Kertas yang bertuliskan pesan kedalam Kue Bulan pada tanggal 15, bulan 8 penanggalan kalender imlek. Pesan pada secarik kertas itu berbunyi, ‘Gulingkan Kekejaman Pasukan Mongol, Usir Orang Bar-Bar dari Negeri Tiongkok’ maka, rakyat pun melakukan perlawanan secara serentak. Kemudian tepat pada perayaan Zhong Qiu, mereka secara khusus membuat sangat banyak sekali kue bulan dan menyebar tanpa dicurigai oleh pasukan Mongol,” ujarnya.

Dengan serangan secara bertubi-tubi secara serentak dan tiba-tiba itu, akhirnya pasukan Mongol dapat ditaklukkan tanpa banyak perlawanan. Dinasti Yuan pun tumbang, digantikan oleh Zhu Yuan Zhang ( 朱元璋) yang kemudian naik tahta menjadi Kaisar dan bergelar Ming Tai Zhu ( 明太朱). Dari kemenangan ini maka mulailah bangkit Dinasti Ming ( 1368 -1644).

“Pada masa itu, perayaan Zhong Qiu Jie dikenal sebagai peringatan kemenangan rakyat Tiongkok atas bangsa Mongolia, dan Kue Bulan dikenal sebagai simbol Cinta Negara. Hari ini, pada perayaan Zhong Qiu Jie, masyarakat Kota Singkawang, khususnya masyarakat Hakka dapat meneladani semangat perjuangan untuk bela negara,” ungkap Tjhai Chui Mie.

Lebih lanjut disampaikan Tjhai Chui Mie, dalam menjalin suatu hubungan, sangat perlu untuk selalu menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan, karena dengan semangat persatuan dan kesatuan itulah, akan tercipta kekuatan dalam mewujudkan visi dan misi dalam membangun kehidupan yang lebih baik, lebih maju dan sejahtera, dilandasi semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan keharmonisan. ****