KUBU RAYA, metro7.co.id – Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura menggelar Focus Group Discussion Pembinaan Komunikasi Sosial Cegah Tangkal Radikalisme atau Separatisme Semester I TA 2021 bertempat di Aula Sudirman, Makodam XII/Tpr. Selasa (29/6/21)

 

Kegiatan dibuka oleh Pangdam XII/Tpr, Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad. Acara kali ini diikuti oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan mahasiswa serta diikuti secara virtual oleh para Dansat jajaran Kodam XII/Tpr.

 

Sedangkan acara diskusi dipandu oleh moderator saudari Khusnul Katimah dari TVRI Kalbar, dengan menghadirkan narasumber diantaranya, Kakesbangpolinmas Prov. Kalbar, Hermanus, Rektor Universitas Untan, Prof. Dr. H. Garuda Wiko S.H., M.Si. dan Ustad Sofyan Tsauri. 

 

Saat membuka acara, Pangdam XII/Tpr, Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad menyampaikan, bahwa Radikalisme atau Separatisme adalah suatu Ideologi dan faham yang ingin melakukan perubahan pada sistem Sosial dan Politik suatu Negara dengan menggunakan cara – cara kekerasan atau ekstrim sehingga faham tersebut sangat bertentangan dengan ldeologi Pancasila.

 

“Oleh karena itu, untuk menghadapi potensi ancaman tersebut, maka kegiatan ini merupakan salah satu langkah guna mewujudkan ketahanan wilayah yang kuat dalam rangka tetap tegak dan utuhnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,” ungkapnya. 

 

Pangdam mengatakan, melalui kegiatan ini juga dapat dijadikan sarana dan prasarana untuk menjaga Kebhinekaan yang melibatkan seluruh komponen bangsa. Di sisi lain juga untuk meningkatkan pengawasan dan cegah dini masyarakat terhadap kelompok Radikalisme atau Separatisme terutama yang sudah dilarang. 

 

Selanjutnya Pangdam menegaskan, untuk memberantas Radikalisme dan Separatisme bukan hanya menjadi tanggung jawab aparat pemerintah, namun menjadi tanggung jawab seluruh komponen bangsa. Untuk itu Pangdam berharap kepada seluruh komponen masyarakat khususnya para generasi muda agar tidak terpengaruh oleh kelompok maupun gerakan yang dapat merusak Ideologi Pancasila, khususnya di wilayah Kalimantan Barat. 

 

“Semoga melalui kegiatan ini yang bertema Meneguhkan Toleransi Mencegah Radikalisme atau Separatisme”, tetap terpeliharanya toleransi antar sesama, baik suku, agama dan budaya, saling menghormati perbedaan satu sama lain sehingga tetap tegak dan utuhnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,” harapnya.

 

Sedangkan Ustad Sofyan Tsauri mantan narapidana teroris saat memberikan keterangan menyampaikan, kita harus banyak mengedukasi masyarakat terutama para anggota disini. Karena kebanyakan masyarakat itu tidak paham tentang bahaya radikalisme. 

 

“Karena yang dibawa idiom agama seringkali kita tidak kuat untuk menolak paham itu. Tapi sebetulnya sangat berbahaya karena mengancam persatuan dan kesatuan bahkan sampai mengancam keamanan dan ketertiban,” ujar Ustad Sofyan Tsauri yang juga mantan polisi.

 

Untuk itu katanya, sangat penting bagaimana menyadarkan masyarakat agar tidak tertarik dengan paham paham yang banyak memberikan sikap-sikap destruktif yang mengganggu keamanan dan ketertiban dengan idiom agama. 

 

“Maka kita perlu membekali dan memberikan imunitas kepada anggota dan seluruh masyarakat untuk memahami keburukan paham radikal. Karena mereka ini adalah benteng utama NKRI, TNI-Polri harus terus diberikan imunitas ini. Sehingga dengan begitu, benteng ini akan menjadi kuat dan Indonesia terhindar dari masalah, misalnya disintegrasi, terorisme, radikalisme dan intoleransi,” pungkasnya.