SAMBAS, metro7.co.id – Program studi Tadris Bahasa Indonesia (TBI) semester VI IAIS Sambas melaksanakan kegiatan praktek ke desa-desa untuk melaksanakan kegiatan wawancara kepada narasumber untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Pemahaman Lintas Budaya.

Kegiatan wawancara kali ini dilaksanakan di kantor Desa Semata Kabupaten Sambas, dengan narasumber Yusardi, Senin (10/6).

Nirwana yang merupakan salah satu mahasiswa program studi Tadris Bahasa Indonesia (TBI) IAIS Sambas mengungkapkan bahwa dengan melaksanakan kegiatan praktek ini dengan cara melakukan wawancara langsung mengenai Tradisi Kebudayaan Antar Ajung membuat saya bisa memahami tentang apa yang menjadi gambaran tradisi kebudayaan tersebut.

Lanjut dia, tradisi kebudayaan antar ajung/antar ajong ini adalah salah satu tradisi kebudayaan yang harus dilestarikan agar kedepannya orang-orang akan lebih mengenal apa itu antar ajung dan kegiatan tradisi kebudayaan yang selalu dilestarikan dan nantinya anak-anak akan tahu dan juga ikut dalam melestarikan tradisi kebudayaan itu sendiri.

“Mungkin kedepannya masyarakat bisa tahu jika tradisi kebudayaan antar ajung tidak lagi dilakukan untuk kegiatan syirik atau berkaitan dengan hal gaib namun kegiatan ini dilakukan untuk melestarikan kebudayaan dijadikan festival budaya tahunan,” ungkapnya.

Yusardi sebagai narasumber dalam wawancara tersebut, memberikan informasi serta penjelasan mengenai budaya antar ajung. Dalam penjelasannya dia mengatakan bahwa untuk antar ajung itu sendiri merupakan suatu kegiatan atau tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

“Kegiatan antar ajung biasanya dilaksanakan 1 tahun sekali dan kegiatan tersebut biasanya dilaksanakan sebelum masa tanam padi kalau dulu tapi untuk sekarang sudah telah menjadi festival budaya,” jelasnya.

Menurut Bayu, selaku dosen pengampu mata kuliah Pemahaman Lintas Budaya pada program studi Tadris Bahasa Indonesia (TBI) di IAIS Sambas ini menjelaskan bahwa, tujuan dengan diadakannya tugas Ujian Tengah Semester (UTS) seperti ini menurutnya akan memberikan sebuah informasi kepada mahasiswa tentang pemahaman budaya khususnya budaya yang ada di Kabupaten Sambas.

“Kegiatan seperti ini akan membuat mahasiswa mampu untuk meningkatkan kemampuan mengenal perbedaan antar budaya dan kemampuan belajar hidup bersama di tengah perbedaan. Diharapkan dengan kegiatan seperti ini akan membuat mahasiswa mampu berhubungan dengan orang-orang yang memiliki latar budaya yang berbeda dan mampu berkomunikasi secara baik,” tutupnya.