PONTIANAK, metro7.co.id – Pimpinan Wilayah (PW) Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Barat (Kalbar) menggelar peringatan Hari Lahir (Harlah) NU ke- 95, secara sederhana dengan peserta terbatas serta Protokol Kesehatan secara ketat. Di Sekretariat PWNU Kalbar, Jalan Veteran, Pontianak. Sabtu Malam (30/1/2020).

Acara diawali dengan kata sambutan dari Ketua Tanfidziah PWNU Kalbar Hildi Hamid secara Virtual dari Azerbaijan. Yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar Luar biasa untuk Republik Azerbaijan. Saat ini posisi jabatan Ketua Tanfidziah PWNU Kalbar dipegang oleh PLH KH. Kaharuddin.

Sekretaris PW NU Kalbar Hasyim Hadrawi mengatakan, bahwa dalam kegiatan Harlah NU ke- 95 malam ini mengusung Tema “Meneguhkan Aswaja, Membangun Peradaban Bangsa”.

“Ini merupakan komitmen saat NU didirikan, pertama yaitu sebagai implementasi menegakkan ajaran Ahli Sunnah Wal Jamaah (Aswaja). Kedua adalah sebagai komitmen kebangsaan. Dimana Ahli Sunnah Waljamaah umum nya dianut umat Muslim di Nusantara,” terangnya.

Hasyim mengatakan, bahwa dengan momentum Harlah NU ke- 95, diharapkan agar warga Nahdliyyin tetap Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

Dirinya menerangkan, bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, warga NU memegang 4 sikap hidup bermasyarakat yaitu

1. Sikap Tawasuth dan I’tidal. Sikap Tawasuth dan I’tidal merupakan sikap tengah yang berintikan pada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah kehidupan beragama. Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat Tatharuf (esktrim).

2. Sikap Tasamuh. Sikap Tasamuh merupakan Sikap toleran terhadap peradaban pandangan baik dalam masalah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat Furu’ atau menjadi masalah khilafiyah; serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.

3. Sikap Tawazun. Sikap Tawazun merupakan sikap seimbang dalam berkhidmat. Menyerasikan khidmat kepada Allah, khidmat kepada sesama manusia serta kepada lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa mendatang.

4. Sikap Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Sikap Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan sikap selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai- nilai kehidupan.

Hasyim menambahkan, bahwa didalam Kebhinnekaan, sikap kemasyarakatan Warga Nahdliyyin telah teruji. Selama ini warga Nahdliyyin menyadari dalam hidup bermasyarakat di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari perbedaan dan keberagaman. Dalam artian sikap NU tetap konsisten berada ditengah-tengah perbedaan.

PLH PWNU KH. Kaharuddin memberikan apresiasi atas terselenggara nya Harlah NU kali ini. Meski dalam jumlah peserta terbatas dengan Protokol Kesehatan ketat.

Diri menilai bahwa selama ini khususnya di Kalbar.Dalam konteks berbangsa dan bernegara, hampir disemua lini pengurus NU Kalbar, telah memberikan kontribusi nya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Seperti di masa Pandemi Covid 19 saat ini hampir seluruh Pengurus NU di setiap struktur telah berperan serta bersinergi mendukung program pemerintah dalam penanganan pandemi Covid 19,” ungkapnya.

KH. Kaharuddin menambahkan, bahwa konteks sikap berbangsa dan bernegara, Warga NU selalu mengedepankan sikap toleransi, ramah dan santun dalam sikap bermasyarakat, ditengah kemajemukan masyarakat Indonesia.

“Kita berkomitmen dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itu yang kita perkuat secara terus menerus,” ungkapnya.

Dalam rangka Harlah NU ke- 95 ini, Warga yang terdiri dari berbagai latarbelakang yang berada di setiap lapisan masyarkat, akan selalu diberikan pendampingan, pembinaan, serta pemberdayaan dari Lembaga-Lembaga yang ada di struktur NU.

“Dalam konteks kekinian, telah digagas dan dirumuskan yaitu, program pemberdayaan Pondok Pesantren. Melalui pemberdayaan segenap potensi yang ada di NU untuk membangun Pondok Pesantren. Karena Pesantren merupakan basis Kultural NU. NU sendiri lahir, dari Ulama yang dulunya pernah menjadi Santri. Ini merupakan tanggung jawab sejarah. Sehingga kedepannya Pesantren mampu menjawab tantangan zaman,” ungkapnya.

Kegiatan juga diisi dengan penyerahan Surat Pernyataan dukungan kepada Syaikhona Kholil Bangkalan yang lebih akrab dipanggil Mbah Kholil sebagai Pahlawan Nasional. Dimana perjuangan Syaikhona Kholil sebagai Ulama Besar Bangsa Indonesia dalam melawan penjajah.

Mbah Kholil sewaktu belajar di Mekkah seangkatan dengan KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Chasbullah dan KH. Muhammad Dahlan yang telah diangkat menjadi Pahlawan Nasional. Namum Ulama-ulama dahulu punya kebiasaan memanggil Guru sesama rekannya, dan Mbah Kholil yang dituakan dan dimuliakan di antara mereka. ***