SEKADAU, metro7.co.id – Menyikapi anjloknya harga TBS, Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat Martinus Sudarno meminta kepada petani kelapa sawit di Kalbar bersabar.

Karena menurut politisi dapil di Sekadau-Sanggau ini masih menumpuknya CPO yang lama yang belum terjual.

“Saya yakin krisis bagi petani kelapa sawit tidak akan berlangsung lama, karena CPO yang lama semenjak keran ekspor di tutup otomatis CPO menumpuk, sementara produksi berjalan terus, nah jika stok lama sudah terjual dan berjalan normal maka sistem pembelian TBS akan normal kembali dengan harga seperti biasa,” ujar Martinus Sudarno kepada media ini saat di Wawancara di Lupung Coffee Sekadau, Rabu (29/6).

Dikatakan Martinus Sudarno, sebelumnya para petani sudah menikmati harga TBS yang tinggi dan sekarang harga TBS anjlok itu sudah biasa dalam sistem dagang.

“Hukum dagangkan pasti berlaku, di mana jika stok banyak permintaan sedikit harga pasti turun, jika stok sedikit permintaan banyak maka harga pasti mahal, itulah hukum ekonomi, masyarakat harus menyadari betul-betul saya yakin ini bukan karena ada permainan apa-apa, saya sama sekali tidak percaya kalau sebabnya karena permainan,” ungkap Komisi l PDI Perjuangan bidang Hukum dan Pendidikan Kalbar.

Oleh karena itu, Martinus Sudarno meminta kepada petani jangan putus asa dalam situasi seperti saat ini, ia berharap kepada petani bahwa sawit tetap di pelihara walaupun dalam situasi plus minus. Walaupun dengan harga pupuk yang cukup tinggi.

“Itulah resiko kita nanam satu teretas, karena sawit ini beda dengan yang lain, karena sawit ini sangat khas dia tidak bisa di tunda panen nya itu, jika di tunda maka buah nya akan busuk, begitupun pupuk seketika produksinya tetap permintaannya meningkat karena orang berlomba-lomba menanam sawit maka dengan sendirinya harganya juga ikut naik dan itu sudah memang hukum ekonomi,” jelasnya.

Namun, Sudarno berharap jangan sampai ada permainan terhadap harga pupuk, pestisida dan lain-lain. Selain itu Sudarno berharap kepada pemerintah wajib untuk melindungi warga negaranya salah satunya bagi petani-petani sawit.

“Memang banyak yang mengadukan kepada kami di DPRD Provinsi tentang anjloknya harganya TBS, tapi kita kan tidak ada kewenangan untuk menentukan harga itu, karena semua berlaku harga di internasional,” bebernya.

Sudarno berharap kepada pihak pengawasan barang perdagangan khususnya pupuk, agar ketersediaan pupuk harus tercukupi dan kepada produsen pupuk walaupun banyak permintaan janganlah sampai menaikan harga berlebih-lebihan.

“Janganlah memanfaatkan penderitaan rakyat untuk memperkaya korporasi sendiri, termasuk kepada badan usaha milik negara (BUMN) saya himbau supaya memperhatikan kebutuhan masyarakat, karena pabrik pupuk juga banyak badan usaha milik negara. Pupuk itu disesuaikan dengan harga produksinya janganlah di lempar bebas sama dengan harga pasar, kalau pupuk subsidi memang sudah ada regelusi yang mengaturnya tapi kalau pupuk non subsidi mereka mengikuti harga pasar begitu saja, seketika permintaan banyak ya otomatis mereka naikkan harga begitu saja coba kalau permintaan sedikit pasti turun harga nya,” tutupnya.