SINGKAWANG, metro7.co.id – Em Abdurrahman selaku ketua LSM Fatwa Langit sekaligus Ketua harian partai Golkar Kota Singkawang, merespon komentar yang dilontarkan praktisi hukum sekaligus pengamat pemerintahan dan pembangunan Kota Singkawang, Ridha Wahyudi, SH.

Disampaikan oleh Em Abdurrahman melalui via WhatsApp kepada media Metro7.co.id, bahwa apa yang disampaikan terkait realisasi Belanja Tidak Terduga (BTT) Covid-19 tahun 2020 sangat menggelikan, Sabtu (3/7/2021).

“Bung Ridha Wahyudi itu senior saya. Andai yang dikatakan beliau terkait realisasi BTT Covid-19 tahun kemarin itu akurat dari pihak pemerintah, dalam hal ini Wali Kota Singkawang selaku ketua gugus tugas penanggulangan Covid-19 tentunya itu sangat mengelikan,” ungkap Em Abdurrahman.

Lanjutnya Abdurrahman, ambil contoh realisasi BTT penanggulangan Covid-19 Kota Singkawang untuk item rapid tes. Pembelian rapid tes RSUD dari Abdul Aziz, total nilai Rp1,6 miliar atau setara 100 ribu pcs alat rapid tes itu tidak logis.

“Jadi lucu, dibagi saja Rp1,6 miliar itu dengan 100 ribu pcs, berarti harga rapid tes cuma Rp16 ribuan per satuanya. Coba lihat katalog alkes, berapa satuan harga rapid tes termurah, itu saya bilang sangat tidak logis. Makanya wajar saja setiap warga yang rapid tes itu mayoritas reaktif, lha alat tesnya murahan gitu. Termasuk 100 ribuan alat rapid tes yang dibeli jika sekarang total orang Singkawang ada 250 ribuan jiwa, artinya sudah memenuhi setengah keperluan dari penduduk kita. Lha barangnya di faskes Abdul Aziz dan puskesmas itu yang ada juga minus. Ini fakta, makanya saya bilang sangat tidak masuk akal,” terang Em Abdurrahman.

Termasuk disoroti Em Abdurrahman juga soal biaya pembelian masker bedah senilai Rp650 juta juga hal diluar nalar. Menurutnya, jumlah Rp650 juta itu setara dengan 26 ribuan lembar masker bedah yang dibelanjakan sesuai realisasi BTT Covid-19 tahun 2020 Kota Singkawang.

“Realisasi BTT Covid-19 Kota Singkawang tahun kemarin itu juga saya katakan diluar nalar. Misalnya untuk harga masker bedah, itu yang berlogo sensi harganya cuma 120 ribu perak dan satu kotak itu jumlahnya 50 lembar. Gampangnya kan tinggal di bagi saja 120 ribu dibagi 50 lembar. Jadi kalau 2400 kali 26 ribu lembar berarti 62 jutaan doang. Jadi kesimpulannya 650 juta buat beli masker bedah itu mark up,” ungkapnya.

Dalam hal ini Em Abdurrahman menegaskan, bahwa pihaknya mendorong institusi terkait agar melakukan audit investigasi terhadap pengunaan dana Covid-19 kota Singkawang 2020.

Menurutnya, dari sample realisasi dana BTT penanggulangan Covid-19 Kota Singkawang banyak kejanggalan.

“Dari sample realisasi diindikasikan ada penyelewengan dalam pengunaan anggaran covid 19 di Kota Singkawang,” kata Abdurrahman. ***