SPKS Pertanyakan Komitmen Pemerintah Terkait Kerusakan Jalan Kebun Petani Sawit
SEKADAU, metro7.co.id – Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) meminta pemerintah untuk memperhatikan jalan kebun petani sawit di indonesia. Hal ini didasari karena jalan-jalan kebun petani sawit swadaya banyak mengalami kerusakan sehingga menyulitkan petani untuk mengangkut buah sawit atau tandan buah segar (TBS) milik petani dan menurunkan kualitas buah sawit milik petani.
“Kerusakan jalan kebun sawit milik petani sangat merugikan petani karena dengan rusaknya jalan maka akan ada biayah tambahan yang harus dikeluarkan petani sawit sekitar Rp. 100 – 200 rupiah/Kg, selain itu juga akan menurunkan kualitas sawit milik petani karena biasanya dengan kondisi jalan yang rusak maka truk-truk pengkut sawit milik petani akan bermalam dijalan sebelum sampai dipabrik kelapa sawit,” kata Bernadus Mohtar petani sawit yang juga Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Kabupaten Sekadau, dalam keterangan tertulis, Senin 1 Desember 2020.
Disebutnya, jalan kebun petani sawit sangat penting mendapat perhatian dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, karena selama ini terkesan tidak diperhatikan contohnya untuk di Kabupaten Sekadau, banyak jalan rusak di lokasi kebun sawit akibanya petani merugi, apalagi sekarang kondisi hujan sangat memprihatinkan mobil-mobil pengkut sawit bisa bermalam di jalan dan bahkan harus menyewa Excavator dengan biayah yang mahal untuk menarik truk pengkut buah sawit milik petani, tentunya ini menambah pengeluaran lagi buat petani sawit dan tentunya mengurangi pendapat petani.
Mohtar menambahkan bahwa petani sawit selama ini membayar pajak seperti melalui pajak PPh 22 yang dipotong langsung dari penjulan sawit petani, bayar pajak PBB, membayar pajak kelembagaa koperasi, dan juga melalui potongan secara langsung dari pungutan Dana Sawit. “Artinya kan harusnya pemerintah itu tidak ada alasan untuk tidak memperbaiki jalan kebun petani sawit, apalagi lagi sekarang ini sawit sebagai sumber devisi negara yang sangat besar,” tegasnya.
Sementara itu, Yusro Fadli Ketua SPKS Rokan Hulu, Riau mengatakan jalan produksi petani sawit swadaya masih sangat minim dan banyak mengalami kerusakan, untuk itu Yusro mempertanyakan anggran dana sawit yang besar saat ini di kelola oleh Badan Pengelola Dan perkebunan Sawit (BPDPKS) yang harusnya bisa dimanfaatkan untuk mendukung perbaikan jalan-jaan kebun petani sawit di Riau, kami kira ini sangat memungkinkan sudah ada aturan yang mengatur ini tinggal bagaimana segera disalurkan ketimbang hanya dana sawit tersebut untuk subsidi program biodiesel di B30.
Sabarudin, Departemen Organsiasi dan Anggota SPKS Nasional, menegaskan bahwa pemerintah belum menujukan keberpihakannya pada petani sawit, salah satunya tidak ada perhatian pada jalan kebun petani padahal pemerintah tahu kalau petani mengelola sekitar 40,6 persen dari luas sawit yang ada dan sawit ini memberikan sekitar 300 triliun setiap tahunya kepada negara.
Selain itu juga melihat keberadaan dana sawit yang juga bersumber dari petani sawit belum banyak memberikan manfaat, kurang lebih ada 51 triliun dana sawit yang di kumpulkan dari tahun 2015 tetapi sebagai besar hanya untuk subsidi biodiesel sekitar 30,2 triliun. “Sementara untuk petani hanya melalui program peremajaan sekitar 2,7 triliun sampai saat ini. Untuk itu meminta agar dana sawit disalurkan kepada petani tidak hanya melalui peremajaan tetapi juga untuk perbaikan dan peningkatan jalan kebun karena kebutuhan petani itu berbeda-beda ada yang saat ini sudah mau peremajaan tetapi juga ada yang membutuhkan perbaikan jalan,” tegasnya. *