TAMIANG LAYANG, metro7.co.id – Sikapi perubahan hari pasar minggguan Pasar Beringin Ampah Kecamatan Dusun Tengah dan Pasar Tamiang Layang Kecamatan Dusun Timur, DPRD Kabupaten Barito Timur, akan jadwalkan pertemuan dengan dinas terkait.

“Kami dari DPRD serius kemaren menjadwalkan untuk bertemu dengan dinas terkait tentang penetapan hari pasar ini, artinya kami di DPRD merespon apa yang menjadi keinginan masyarakat,” kata Anggota DPRD Barito Timur Wahyudinnoor, Sabtu (8/1/2022).

Ketua DPC PKB Barito Timur ini mengungkapkan, bahwa dirinya ditemui oleh beberapa pedagang, baik pedagang lokal maupun pedagang mingguan, mereka mengeluhkan tentang perubahan hari pasar mingguan Beringin Ampah yang semula pada hari jumat, kini diubah pada hari senin.

Perubahan hari pasar mingguan ini cukup mengganggu kondisi perekonomian masyarakat, khususnya di dua kecamatan, yakni kecamatan Dusun Timur dan Dusun Tengah, terutama Ampah.

“Saya melihat perubahan hari pasar ini mengabaikan aspek-aspek yang harusnya diperhatikan, juga berdampak terhadap ekonomi, sosial maupun aspek budaya nya, karena penetapan hari pasar ini adalah sebuah kearifan lokal yang yang sudah turun-temurun berjalan di di Ampah,” ujarnya.

Ketika itu dirubah maka otomatis rotasi perputaran dagang itu juga akan berubah, pada hari pasar inilah kesempatan masyarakat untuk mendapatkan harga yang yang lebih murah dari pada hari biasanya.

Seperti di Ampah penetapan hari jumat, pada hari kamis itu mereka sudah menjual karet, begitu juga di daerah-daerah lain itu sudah turun dari daerah desa yang lain, mungkin di daerah Awang, bahkan di daerah Patas kabupaten tetangga, Kandui mungkin, daerah yang jauh-jauh apalagi Pelantau, Ketab mereka sudah turun untuk persiapan.

“Nah kalo alasannya hanya sekedar berkaitan dengan masalah kemacetan, berapa banayak sih penduduk Ampah ini, kemacetan itu menurut saya itu hanya persoalan penataan, harusnya ditata benar-benar, itulah tugas pemerintah untuk menata lokasi,” ucapnya.

Contoh yang di Ampah, disitukan  ada lokasi yang di daerah Terminal, Simpang Tiga ataupun di depan pasar itu sendiri, itu yang dikelola kalau berdasarkan faktor hari jumat, karena pada hari jumat ini justru dengan hadirnya pedagang-pedagang itu bisa mengisi apa masjid yang ada di sekitar Ampah, sehingga itu menjadi jadi rame.

“Ini adalah sebuah kearifan lokal yang menjadi tradisi yang turun-temenurun dan penetapan hari pasar itupun melalui acara-acara dan ritual tertentu,” ungkapnya.

Harapan kami jangan sampai ini seolah diadu domba, antara pedagang lokal dengan pedagang yang datang untuk mengisi hari pasar.

“Setelah saya amati, tidak benar itu kalau adanya keinginan atau persetujuan dari pedagang lokal untuk mengubah hari pasar mingguan dan itu perlu kita buktikan apa benar itu,” jelas Wahyudinnoor.

“Saya berharap janganlah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sifatnya mengganggu ketentraman yang sudah ada, banyak hal yang perlu diperhatikan oleh dinas terkait, masalah penataan dan seterusnya masalah bagaimana ekonomi masyarakat, terutama pedagang bisa berkembang dagangnya,” pungkasnya.