TAMIANG LAYANG  – Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Kabupaten Barito Timur tidak pernah menerima dana pembinaan dari Pemerintah Daerah maupun Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), selama lima tahun terakhir.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua PSSI Bartim Paulus Kia Botoor, kemarin.

Dirinya mengatakan, sejak tahun 2014 hingga saat ini PSSI Bartim tidak pernah mendapat dana pembinaan dari Pemkab maupun KONI Bartim, bagaimana pihaknya akan melakukan pengembangan persepakbolaan tanpa didukung dana pembinaan.

“Saya bisa pastikan ada kucuran dana dari KONI pusat untuk daerah, dana pembinaan untuk olah raga selalu ada, namun PSSI Bartim tidak pernah dapat,” tegasnya.

Menurut Paul, pada tahun 2016 lalu dirinya pernah membawa tim sepakbola Bartim ke Porprov hanya dikasih dana Rp. 15 Juta dengan membawa tim sebanyak 30 orang selama 10 hari.

Sementara di Kabupaten tetangga Barito Utara  ia diberikan kesempatan untuk berekselerasi, “saya mampu berbuat didaerah orang sedangkan didaerah sendiri saya tidak mendapat dukungan,” katanya lagi.

Barito Utara mampu juara untuk Sekalteng saat pra PON tahun lalu di Sampit kabupaten Kota Waringin Timur, karena tahun sebelumnya Sampit Juara dan berhasil direbut Barito Utara yang mewakili Kalteng tahun 2019.

Sementara kemampuan sepakbola Barito Utara masih dibawah Bartim. Dari Bartim banyak mencetak pemain pemain di Persepar Palangka Raya.

Paul menambahkan, PSSI Bartim di anak tirikan mungkin ada hubungannya pada saat itu pemilihan Ketua KONI Bartim, “saya ngotot bahwa bupati tidak boleh menjadi Ketua KONI, sesuai dengan Undang – Undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan Nasional pasal 40,” imbuhnya.

Alasannya yakni bagaimana Bupati akan memberikan dana hibah kepada KONI, sementara Ketua KONI yang nota bene Bupati merupakan pemberi hibah, tentu pada saat pertanggungjawaban akan menjadi persoalan, selain ada kucuran dana dari KONI pusat.

“Kalau memang tidak senang dengan saya tidak apa – apa, tapi jangan mengorbankan PSSI dan generasi muda Bartim “jangan tidak senang dengan nyamuk kelambunya yang dibakar”, kan kasihan generasi muda kita yang menjadi korbannya, ditambah dengan kondisi lapangan didesa Runggu Raya ini setelah direnovasi malah tidak bisa dipakai,”pungkas Paul.***

Reporter : Budi Irawan / Barito Timur – Kalimantan Selatan