Pasien Isolasi Covid 19 di Bartim Mengeluh, Pelayanan Memprihatinkan?
TAMIANG LAYANG, metro7.co.id – Seorang pasien Covid 19 yang diisolasi di eks kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Timur mengeluh.
Keluhan tersebut diutarakan oleh Basuki warga Kelurahan Tamiang Layang Kecamatan Dusun Timur, Basuki melalui pesan whatsaaps, Selasa 16 September 2020.
Dirinya menyebutkan bahwa selama berada ditempat isolasi tidak ada dokter yang memeriksa pihaknya setiap harinya, bahkan untuk tensi dan lainya para pasien melakukannya sendiri.
Selain itu, selama disolasi pihaknya hanya dikasih jatah makan kotakan dan obat-obatan 12-15 tablet perhari.
“Saya 1 keluarga dikarantina. Kami diisolasi diruangan 6×5 dengan 2 kepala keluarga, saya dan orang dari Ampah dengan total 8 orang dalam 1 ruangan,” ungkapnya.
Ditambahkanya, yang menjadi masalah selain itu juga ada masalah kebutuhan anak yang susah di akses, seperti pembelian susu, pempes dan cemilan anak.
“Kita bingung gimana belinya. Apalagi kami pendatang dan belum lagi rekan – rekan positif OTG lain yang jauh dari Ampah,” tuturnya.
Sementara uang cash sudah mulai menipis karna kebutuhan sehari. Hal itu menurutnya ada makanan yang tidak cocok atau masakan tidak ada rasanya yang diberikan kepada mereka.
“Belum lagi kami sebagai kepala keluarga yang tidak bisa mencari nafkah untuk keluarga. Sedangkan untuk pembelian pempes, susu dan cemilan balita sangat diperlukan atau wajib,” jelasnya.
Belum lagi fasilitas ditempat karantina dari total 31 orang keluarga yg dikarantina hanya ada 3 kamar mandi, ditambah kesusahan air yang sering habis.
Tak hanya itu, dirinya juga mengeluhkan kurangnya udara masuk keruangan sangat mempengaruhi mereka bernafas karna pengap dan jendela dikunci mati semua dari luar tidak bisa dibuka.
Menurut Basuki, bukan mereka tidak mau diisolasi. “Coba tundukan kepala sejenak renungkanlah seandainya diposisi kami sebagai rakyat kecil itu adalah anda dan sekeluarga tidak punya gajih tetap,” tuturnya.
Diakuinya, untuk kebutuhan sehari-hari dia harus bekerja dahulu baru bisa untuk biaya hidup sehari sehari. Dan sekarang ia harus dikarantina tanpa ada penghasilan, sedangkan biaya kebutuhan hidup sehari-hari sangat diperlukan.
“Semoga ada solusi. Jangan menambah derita para korban. Yang sehat malah sakit apalagi sampai diimpus hanya karna memikirkan beban hidup anak istri yang kami tinggalkan dirumah sana maupun kami yang diisolasi disini 1 keluarga, ditambah lagi kami dikucilkan oleh warga kampung,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Timur Simon Biring ketika mau dikonfirmasi perihal tersebut belum dapat ditemui.
“Gak ada waktu bapaknya, bapaknya mau berangkat,” ujar salah satu pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Bartim.***