TAMIANG LAYANG – Akibat dilarangnya angkutan melintas di jalan Pertamina oleh PT. Patra Jasa yang merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina dengan dalih memperbaiki jalan Pertamina yang ada di kabupaten Barito Timur membuat pemilik dan supir tronton merasa dirugikan.

Hal itu disampaikan langsung oleh Sekretaris Asosiasi Angkutan Batu Bara (AABB) Edi Sinurat kepada awak media, Jum’at 27 September 2109.

Dirinya mengatakan, kami mempersilahkan PT. Patra Jasa untuk bekerja memperbaiki jalan, tapi meminta jangan diganggu lewat atau jangan dihalangi.

“Kami sebagai pemilik tronton yang merupakan warga di sini mempunyai beban, untuk membayar leasing sebesar 1 Juta perhari, siapapun yang mau memperbaiki jalan kami tidak peduli, yang penting kami jangan di halangi atau di stop, kecuali sangat darurat misalnya banjir atau jembatan putus,” ucapnya.

Menurutnya, selama ini kami sudah 10 tahun lebih di sini lakukan angkutan dan perbaikan jalan, kalau tidak diperbaiki ya tidak mungkin seperti sekarang ini, masih bisa dipakai.

“Dengan dilarang nya angkutan melewati jalur tersebut oleh Patra Jasa, kami sebagai pemilik dan juga supir tronton merasa sangat dirugikan, bayangkan toronton masyarakat sini ini ada 170 unit, dalam satu unit itu ada 2 supir berarti 340 supir, ditambah anak istrinya lagi yang mengharapkan hasil dari angkutan ini,” ungkapnya.

Dirinya mengakui, memang sebelumnya sempat diadakan mediasi di Polres Bartim, antara Patra Jasa dengan pengusaha angkutan termasuk kami dari AABB Tumpuk Natat, serta pihak lainnya, namun di sana tidak ada kesepakatan, karena Patra Jasa membawa misi mereka, sementara kami membawa misi kami, sehingga tidak ada kesepakatan.

Informasinya penyetopan ini dilakukan karena sedang dilakukan perbaikan jalan, sampai sejak tanggal 23 hingga 30 september, kalau lebih malah tambah parah lagi berapa beban kita, ngasih makan sopir, apalagi saat ini kan ada muatannya ini yang ditahan, ini selain itu supir juga tidak mendapat penghasilan, karena mereka memperoleh hasil dari hasil angkut satu retnya kurang lebih Rp125.000 biasanya sehari itu bisa 2 ret dan bayangkan kerugian mereka apalagi mereka bekerja dirimu untuk menafkahi istri dan anak-anak mereka.

“Kami berharap Patra Jasa jangan menahan angkutan kami, terutama tronton angkutan masyarakat sini yang tergabung dalam AABB Tumpuk Natat, bukannya kita membela perusahaan pengangkut batubara, namun merupakan mitra kerja kita,” harapnya.

Sebelumnya pihak Patra Jasa mengaku mendapat tugas dari pimpinan, yaitu PT. Pertamina untuk menjalankan tugas melakukan database, perbaikan jalan sehingga semua angkutan batubara, perkebunan tidak diperkenankan melalui jalan Pertamina, kecuali masyarakat.

Seperti yang disampaikan penaggungjawab kegitan dari PJ I Made Wirya saat berada dilapangan mengatakan, bahwa pihaknya telah menyampaikan surat pemberitahuan kegitan ini kepada pihak perusahaan batubara dan perkebunan serta pihak lainnya yang melalui jalan Pertamina ini, karena kita sedang melakukan perbaikan jalan sejak tanggal 23 hingga 30 september.

Sementara itu, Satiman salah seorang sopir tronton, mengaku sangat dirugikan atas penyetopan yang dilakukan Patra Jasa, biasanya dalam sehari dapat dua ret, hari ini baru satu ret, itupun belum sampai tujuan, sama artinya belum mendapatkan hasil, karena di tengah jalan sudah distop, informasinya karena ada perbaikan jalan.

Sebagai sopir, dia berharap agar bisa dipersilahkan lewat, karena kalau tidak mengangkut pihaknya tidak akan dibayar oleh perusahaan.

“Anak dan istri kita dirumah menunggu penghasilan dari kita yang bekerja di sini, kalau seperti ini kan kita tidak dapat penghasilan, jadi saya sangat berharap agar kami bisa lewat,”nya (metro7/budi).