BALIKPAPAN – Kemarau di Kota Minyak dampaknya ke mana-mana. Selain warga yang dilanda krisis air bersih, sektor pertanian juga kena imbasnya. Selain lahan yang mengalami kerusakan, produksi pertanian juga menurun hingga 50 persen dari bulan lalu. Demikian ditegaskan, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Balikpapan, Dinas Pertanian (Distan) Hernia Prisni, Senin (27/10).
Berdasarkan data di Dinas Pertanian Balikpapan disebutkan, produksi palawija seperti jagung yang bulan lalu produksinya 326,8 ton, bulan ini menjadi 154,8 ton, atau menurun 52,6 persen. Sedangkan palawija secara keseluruhan dari 12.510 ton pada bulan lalu, kini hanya 6.245 ton.
Hernia mengatakan, kemarau benar-benar berdampak negatif bagi sektor pertanian. Secara keseluruhan produksi pertanian mengalami penurunan hingga 54,27 persen. Di mana produksi bulan lalu sebesar 62.671 ton, sementara Oktober ini yang terealisasi sekitar 28.659 ton. “Biasanya untuk mengatasi kekeringan, kami menyiapkan jadwal tanam bagi petani untuk menghadapi musim kemarau,” katanya.
Pihaknya memperkirakan, akhir September sudah turun hujan. Tapi nyatanya hingga pertengahan Oktober hujan tidak turun merata. Penurunan pertanian pada musim kemarau tahun ini menurutnya adalah yang paling besar. “Biasanya penurunan tidak pernah sampai 54 persen. Ini berdampak besar bagi para petani,” ujarnya
Ia menjelaskan, data ini hingga 18 Oktober. Menurutnya hingga akhir bulan sangat sulit menyamakan produksi bulan lalu. Dengan demikian, petani yang akan dirugikan akibat dari kemarau ini.  Diperkirakan jika hujan tidak merata penurunan akan terjadi lagi. “Hujan yang turunnya tak merata membuat persediaan air para petani akan habis,” pungkasnya. Metro7/Fit