KUTACANE, metro7.co.id – Pondok Pesantren yang merupakan ujung tombak pendidikan agama di Indonesia dinilai masih kurang mendapat perhatian, seperti Pondok Pesantren Darul Amanah Desa Tanjung Lama Kecamatan Darul Hasanah Kabupaten Aceh Tenggara.

 

Pesantren yang dipimpin oleh Ustadz Solihin asal bogor ini menjadi perhatian setelah balai pengajian, sumur tempat santri dan jamaahnya berwudhu tidak layak, ditambah lagi Al qur’an dan Kitabnya kini sudah banyak yang rusak dan bahkan terlihat koyak.

 

Ustadz Solihin Pimpinan Pondok Pesantren ini, kerap dipanggil oleh masyarakat sekitar Solihin, yang datang ke Kabupaten Aceh Tenggara pada 8 tahun lalu, dengan misi mencerdaskan Masyarakat sekitar dengan dakwah islam. 

 

Masyarakat Tanjung Darul Amanah dahulunya mempunyai kebiasaan yang jahil yaitu maraknya peredaran narkoba dan kenakalan pemuda pemudi lainnya. Guru mulia untuk Majlis Ta’lim Darul Amanah Agara ini mempunyai misi dengan mendekatkan anak muda desa yang ada di kabupaten aceh tenggara, agar lebih dekat dengan islam dan menjauhi perbuatan tercela dengan mengajar fiqih, membaca alquran dan lain-lain.

 

Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Aceh Tenggara, Berkesempatan Hadir mencoba menginap di Pesantren Darul Amanah, kami melihat begitu besarnya jiwa dakwah pengurus dan asatidz dari pesantren darul amanah ini. 

 

“Mirisnya keadaan santri jamaah dan anak-anak pesantren tempat untuk tempat bermalamnya mirip bilik yang berbalutkan kardus dan beralaskan sajadah, terlihat mirip seperti kandang ayam,” ujar Reza Tafta Prawira kepada metro7.co.id Senin (05/07/2021).

 

“Kami sangat terenyuh melihat kondisi ini dimana semangat juang berdakwah mereka tak pernah surut walau infrastruktur yang tak memadai,” ujarnya.

 

Majlis Ta’lim Darul Amanah (MTDA) di Desa Tanjung lama tempat Solihin mengabdikan diri ini sangat butuh sekali bantuan maupun dukungan, dari segi infrastruktur, sumur yang masih kurang layak, dan alat pendukung seperti Alquran, Buku Fiqih dan lainnya. 

 

“Di akhir kami menginap, saya sempat bertanya kepada ustadz Solihin, yang kebetulan masuk Program Sahabat Da’i Indonesia. Kalau boleh tahu apa harapan ustadz kedepannya untuk program ini, Ustadz Solihin menjawab, harapan saya semoga MRI-ACT selalu bisa menjadi dukungan dalam dakwah kita di MTDA ini, dahulu desa ini penuh narkoba, banyak yang tak bisa melakukan sholat , wudhu dengan benar, alhamdulillah perlahan semakin membaik di 8 tahun saya disini dan di bantu guru terdahulu sebelum saya, semoga Allah mudahkan ikhtiar kebaikan kita,” pungkas Reza Tafta, Prawira Ketua MRI-ACT Agara.*