ACEHTENGGARA, metro7.co.id – Pupuk Bersubsidi langka di Kabupaten Aceh Tenggara. Akibatnya, biaya produksi pertanian meningkat. Para petani pun menjerit.

Petani di Aceh Tenggara terpaksa harus membeli pupuk yang non subsidi. Harganya jauh lebih mahal dibandikan pupuk yang bersubsidi.

“Biasanya kalau membeli pupuk jenis pupuk urea yang bersubsidi dengan harga Rp. 2.800 per kg namun kini harus membeli pupuk yang non subsidi dengan harga Rp. 5000 per kg nya jauh lebih mahal,” kata salah satu petani jagung di Aceh Tenggara, Saprijal, Minggu (27/09/2020).

Ia pun meminta kepada Pemerintah Daerah Aceh Tenggara, khususnya Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh Tenggara, agar mengatasi kelangkaan pupuk Bersubsidi tersebut.

“Kelangkaan pupuk subsidi ini sejak dari bulan Mei hingga bulan September 2020 ini,” ujarnya lagi.

Ditambahkan Saprijal, kelangkaan pupuk bersubsidi juga mengakibatkan para petani jagung di Aceh Tenggara harus mengeluarkan biaya yang lebih besar. Biasanya, produksi sebesar Rp 10 juta per hektarnya. Kini pengeluaran mencapai Rp 14 juta per hektar.

“Dikarenakan susahnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Kalau terus langka pupuk subsidi ini, petani akan merugi dan gagal panen,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh Tenggara, Asbi, mengatakan, saat ini alokasi kuota pupuk bersubsidi di Tahun 2020 untuk Aceh Tenggara sebanyak 5.400 ton. “Untuk penambahan kuota sudah kita usulkan 5.000 ton lagi ke Dinas Pertanian Provinsi Aceh,” kata Asbi.

Diungkapkannya, untuk mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi di tahun 2021 nanti, para petani harus memiliki kartu tani. Bagi yang tidak memiliki kartu tani, mereka tidak akan mendapatkan pupuk bersubsidi walaupun 1 kg.

“Terkait langkanya pupuk bersubsidi yang selama ini dikeluhkan para petani, kita akan memerintahkan petugas dari dinas untuk mengecek langsung ke seluruh distributor,” pungkasnya.***