BANGKA BELITUNG, metro7.co.id – Setelah beberapa waktu terhenti, aktivitas pertambangan ilegal kembali muncul di perairan Teluk Kelabat Dalam.

Terpantau sejak 1 Oktober 2024, puluhan Ponton Isap Produksi (PIP) terlihat beroperasi di Sungai Rumpak, tepatnya di daerah Mengkubung, .

Kehadiran PIP ini mengancam kehidupan para nelayan lokal yang bergantung pada sumber daya perairan. Aktivitas pertambangan ilegal ini tidak hanya merugikan mata pencaharian nelayan, tetapi juga menyebabkan kerusakan lingkungan yang semakin parah di wilayah Teluk Kelabat Dalam.

“Adanya aktivitas tambang ilegal ini menjadikan konflik yang terus berulang setiap tahunnya, ini menunjukkan bahwa tidak adanya keseriusan dari aparat penegak hukum dalam menyelesaikan masalah di wilayah kami. Situasi ini menciptakan konflik berkepanjangan yang tidak kunjung menemukan titik terang,” kata Eko, salah satu nelayan di Mengkubung.

Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan di dusun mengkubung meminta agar Aparat Penegak Hukum (APH) Kepulauan Bangka Belitung segera menindak dengan tegas aktivitas Ilegal ini, lemahnya penegakan hukum yang terjadi nantinya bisa memperburuk kondisi dan merugikan nelayan yang telah lama bergantung pada hasil laut.

Dengan demikian, tindakan Aparat Penegak Hukum (APH) nantinya bukan hanya sekedar diperlukan untuk menghentikan aktivitas ilegal,akan tetapi juga untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum, terkhusus di kepulauan Bangka Belitung.

Eko juga menekankan, bahwa aktivitas pertambangan ilegal yang berulang ini seakan sudah menjadi pola tahunan tanpa ada upaya serius dari pihak berwenang untuk menghentikannya secara permanen.

“Setiap tahun masalah ini muncul, nelayan selalu menjadi korban. Kami sudah lelah dengan janji-janji tanpa tindakan nyata dari aparat. Jika terus dibiarkan, jangan salahkan kami jika nantinya terjadi tindakan anarkis,” ujarnya tegas.

Ia juga mengungkapkan, jika kondisi ini tetap diabaikan, ia dan masyarakat nelayan siap mengajak elemen mahasiswa serta aktivis lingkungan untuk kembali bersolidaritas.

“Kami akan bergerak bersama elemen mahasiswa serta aktivis lingkungan untuk mengawal kasus ini sampai tuntas. Ini bukan hanya tentang nelayan, tapi juga tentang kelestarian lingkungan yang harus dijaga untuk generasi mendatang,” tutupnya.