BANGKA BELITUNG, metro7.co.id – Ketua DPD Perkumpulan Putra Putri Tempatan (Perpat) Bangka Belitung, Andi Kusuma, menyangkal tuduhan aktivis Suhendro Anggara Putera yang menuding dirinya menyebutkan orang Bangka tak punya marwah dan harga diri dalam sebuah rapat Banteng Muda Indonesia (BMI) saat Pileg beberapa bulan lalu.

Dalam hak jawab kepada redaksi, Senin (16/8) sore, Andi Kusuma mengatakan, kalau tuduhan tersebut adalah hoaks.

“Kami proses telaah hukum, terus kami lakukan somasi, upaya adminstrasi, kami LP (laporkan ke polisi-pen). Bahwa ini baru namanya hoaks,” ucap Andi Kusuma melalui pesan seluler.

Ia tegaskan akan mensomasi dan mempolisikan Suhendro atas dugaan penyebaran informasi hoaks.

“Atas pemberitaan dan statementnya. Bagus lah ada contoh satu yang masuk di tiang jeruji kan,” ungkapnya singkat.

Sebagai informasi, awal mula kekisruhan terjadi saat Suhendro mengatakan kalau Andi Kusuma menyebutkan orang Bangka Induk tidak punya marwah dan harga diri karena mau mencoblos saat Pileg yang lalu jika dibayar.

“Memang ada dikatakan 50 persen masyarakat Bangka Induk itu tidak ada marwah dan harga diri yang dibicarakan oleh Andi Kusuma. Di situ dia sudah menghina orang Bangka Belitung,” ujar Suhendro.

Pernyataan itu, kata Suhendro, diucapkan Andi Kusuma saat dirinya diundang rapat oleh Ketua BMI Kabupaten Bangka guna membahas soal strategi pemenangan Andi Kusuma saat Pileg lalu.

Dikarenakan pernyataan tersebut, Suhendro pun lantas mendesak Andi Kusuma meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Bangka.

“Andi Kusuma harus bertanggungjawab dengan perkataan dia. Minta maaf di publik. Seolah-olah orang Babel rendah. Jangan pernah hina orang Babel khususnya Bangka Induk, karena di situ saya mendengar sendiri. Saya sebagai saksi, sebagai Wakil Ketua BMI Kabupaten Bangka,” bebernya.

Selain itu, Suhendro juga mengatakan jika Andi Kusuma sempat memerintahkan tim suksesnya untuk membayar masyarakat pemilih sebesar 100 ribu rupiah jika mencoblos dirinya.

“Kita memang diperintahkan bahwa khusus di Merawang sama Puding Besar, dia perintahkan kalau sudah coblos dia, difoto, akan dibayar Rp100 ribu, koordinatornya dikasih Rp50 ribu,” tutup Suhendro.