BREBES, metro7.co.id – Sejumlah nelayan kecil mengaku sering alami kesulitan dalam pembelian BBM jenis solar. Hal itu disampaikan oleh salah satu nelayan di Desa Kluwut yang mengaku harus menyiapkan 30 liter solar sekali melaut.

“Dalam sekali melaut yang berangkat pagi pulang petang, modal besar adalah kami harus mengeluarkan biaya terutama untuk pembelian bahan bakar sekitar 39 liter solar sekali melaut, itupun seringnya tidak kami dapatkan sehingga seringnya tidak bisa melaut,” beber nelayan itu kepada Metro7 saat memberikan keterangan, Minggu (11/2).

Masih dibeberkannya, selain seringnya kelangkaan BBM, terkadang dalam melaut dia juga sering tidak mendapati tangkapan ikan yang menutupi biaya operasionalnya.

Dikatakannya, untuk mendapat solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), ia mengaku harus menggunakan surat kepemilikan kapal yang dimilikinya dengan harga Rp8 ribu per liter.

“Untuk mendapat solar kami harus menunjukan surat kepemilikan kapal, terkadang juga seringnya mengalami kelangkaan, padahal solar yang kami dapat dengan harga Rp8 ribu per liter, justru nelayan nelayan besar malah banjir solar karena pembeliannya langsung menggunakan tangki besar,” katanya lagi yang mengaku sudah menjadi nelayan 25 tahun.

“Saya berharap pemerintah memperhatikan ini agar nelayan nelayan kecil seperti kami bisa bertahan untuk melaut yang menjadi sumber kehidupan kami,” harapnya.

Sementara itu, Anom Panuluh yang mengaku dari Forum Masyarakat Peduli Masyarakat Miskin Brebes (FMPM2B) mengaku prihatin atas nasib nelayan kecil, pihaknya menilai Dinas terkait harus turut serta berpihak pada nelayan kecil yang notabene wajib mendapat perhatian pemerintah.

“Dinas Perikanan dan kelautan kabupaten Brebes harus selektif dan memperketat dalam menerbitkan surat rekomendasi pembelian BBM untuk nelayan, hal ini sangat perlu karena untuk menghindari penyalahgunaan rekomendasi jatuh ke tangan mafia solar,” ujar Anom ditemui di base campnya, di Limbangan Kulon Brebes, Senin (12/2).

“Dinas perikanan dan kelautan Brebes jangan hanya percaya pada surat pengantar rekomendasi dari desa saja, tapi harus turun langsung kroscek ke nelayan langsung sebagai pengguna solar bersubsidi, dengan demikian subsidi dari pemerintah akan sesuai sasaran,” lanjutnya.

Dia menilai adanya pengkondisian sistem secara masif oleh oknum berwenang yang main mata dengan mafia solar.

“Modusnya sudah terbaca dengan mengkoordinir surat pengantar sebagai sarat penerbitan rekomendasi dinas untuk pembelian BBM bersubsidi.ujungnya akan di jual ke Nelayan besar yg mestinya menggunakan BBM industri dengan harga yg miring,” beber Anom.

Anom tegaskan dalam waktu dekat Dinas Perikanan dan perindustrian tidak ada langkah perbaikan sistem untuk melindungi nelayan kecil, ia mengaku akan bertindak tegas untuk tegaknya aturan subsidi BBM tepat sasaran.

Pihaknya juga menyoroti Pertamina yang berharap turun langsung lakukan langkah evaluasi dan pengawasan secara langsung.

Sementara itu pihak dinas terkait hingga berita tayang belum memberikan tanggapanya.