SUKOHARJO, metro7.co.id – Komisioner Kompolnas H Mohammad Dawam melakukan penelitian dalam rangka deradikalisasi di Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Kamis (14/4) kemarin.

Dalam kunjungannya, Gus Dawam, sapaan akrab Mohammad Dawam didampingi staf dari jajaran Polres Sukoharjo dan Polda Jateng.

Rombongan diterima langsung Direktur Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Ustadz Yahya bersama jajaran pengasuh di Aula Pesantren.

Silaturahmi ini dilakukan di sela kunjungan kerja anggota Kompolnas dalam rangka penelitian berjudul ‘Peran Polri dalam Penerapan Deradikalisasi Paham Ekstrem Keagamaan Perspektif Hak Asasi Manusia’ di wilayah hukum Polda Jateng.

Hadir Syaiful Arif, peneliti yang juga membawakan materi Pancasila dengan mengupas sejarah lahir Pancasila, 1 Juni hingga proses resmi menjadi falsafah negara, 18 Agustus 1945 dalam perspektif agama secara panjang lebar, detil, sekaligus diskusi intensif oleh para peserta silaturahmi yang antusias mendengar paparan Syaiful Arif secara rinci.

Dalam kesempatan tersebut Gus Dawam menyampaikan bahwa hubungan agama dan negara adalah hubungan simbiosis mutualisme, dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.

Oleh karena itu, Gus Dawam menandaskan Pancasila sebagai produk kesepakatan para pendiri bangsa harus sama-sama dikawal keberlangsungannya, aplikasi, dan penerapannya dalam kehidupan berbangsa.

“Menolak kesepakatan dan perjanjian yang telah disepakati, maka harus dihindari. Sebab, penolakan perjanjian kesepakatan identik dengan bughot,” ungkapnya.

Menurut Gus Dawam, Rasulullah juga mengajarkan kepada kita agar selalu merawat suatu perjanjian yang telah disepakati sebagaimana Perjanjian Madinah dan Perjanjian Hudaibiyah.

Ustadz Yahya sebagai pengasuh berharap silaturahmi seperti ini bisa dilakukan seterusnya dan tidak terputus hanya sekali ini saja.

“Mudah-mudahan silaturahmi ini tidak hanya sekali ini saja, dan bisa diteruskan selanjutnya,” pungkas pengasuh asli Demak, Jawa Tengah, itu.