TEGAL, metro7.co.id – Penyelenggaraan acara hajatan dalam era normal baru covid-19 di Kabupaten Tegal diizinkan untuk di gelar dengan syarat tanpa adanya acara prasmanan (aktifitas makan dan minum). Syarat tersebut wajib dilaksanakan dalam hal penerapan protokoler kesehatan bagi penyelenggara kegiatan hajatan seperti resepsi pernikahan. Salah satu ketentuan yang harus dipatuhi panitia penyelenggara adalah tidak adanya aktifitas makan dan minum di tempat acara. Hal ini menjadi gagasan Bupati Tegal Umi Azizah selaku Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tegal saat mengevaluasi simulasi resepsi pernikahan di Gedung Korpri, Senin (31/08/2020) pagi.

Menurut Umi, penyajian makanan dan minuman dengan pola prasmanan memiliki risiko tinggi terkontaminasi virus corona ketimbang yang dikemas untuk dibawa pulang. “Adanya jamuan prasmanan di acara resepsi pernikahan ataupun hajatan lain justru berpotensi rawan penularan karena menimbulkan kerumunan dan pastinya memberikan kesempatan bagi para tamu untuk membuka maskernya. Untuk itu, saya saya merekomendasikan melarang prasmanan di acara hajatan. Lebih baik disajikan dalam bentuk kemasan untuk dibawa pulang, tidak dikonsumsi di tempat acara,” terang Umi.

Selain itu, Umi sangat mengapresiasi atas diselenggarakanya acara simulasi yang dibiayai secara swadaya oleh Ikatan Pengusaha Pernikahan (IPP) Tegal. Umi mengaku, penerapkan protokol kesehatanmya sudah cukup baik. Mulai dari menskrining tamu undangan yang diwajibkan memakai masker juga tidak ada prosesi jabat tangan antara tamu undangan dengan pengantin. Sementara pada sesi foto bersama sudah menerapkan aturan jaga jarak.

“Pada prinsipnya ini sudah sama seperti simulasi hajatan pernikahan yang digelar di Pendopo Amangkurat Pemda awal Juni 2020 lalu. Harapanya, kepada penyelenggaraan acara hajatan, baik di gedung maupun di rumah wajib mengikuti aturan protokol kesehatan yang sama, disamping memperhatikan status zona wilayahnya dari penularan Covid-19,” ujarnya.

Umi juga menitip pesan kepada pemilik usaha jasa pernikahan agar menaati segala aturan yang protokol kesehatan. “Secara keseluruhan saya menilai simulasinya sudah cukup baik. Dari awal masuknya tamu undangan sudah tersedia tempat cuci tangan ataupun hand sanitizer dan ada petugas yang mengarahkan. Pengisian daftar hadir undangan dilakukan oleh petugas. Antar tamu undangan juga sudah menjaga jarak karena ada petugas yang mengatur,” pungkasnya.

Senada dengan Bupati, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Hendadi Setiadji mengatakan pola penyajian makanan dengan cara prasmanan bisa dialihkan dengan penyiapan nasi kotak yang dapat dibawa pulang. “Jadi tamu undangan hanya datang untuk memberikan ucapan selamat dan berfoto bersama tanpa ada makan dan minum di lokasi acara. Sehingga disini, tidak ada kesempatan bagi tamu undangan untuk melepaskan maskernya,” terang Hendadi.

Hendadi menuturkan, di era normal baru ini semua pihak harus bisa menyesuaikan diri. Pemilik hajat jangan memaksakan kehendak kepada penyedia jasa usaha pernikahan untuk menyiapkan acara atau kelengkapan di dalamnya yang itu berpotensi melanggar protokol kesehatan, pun demikian sebaliknya. “Di acara seperti hajatan pernikahan ini kita masih boleh bertemu dengan kerabat ataupun teman, tetapi jangan lupa selalu menerapkan protokol kesehatan. Jangan sampai ketika asyuk mengobrol, lupa melepas maskernya karena itu beresiko penularan,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua IPP Tegal Dwi Istianah Susilowati menjelaskan maksud diselenggarakannya simulasi resepsi pernikahan. Menurutnya, pelaksanaan simulasi tersebut dimaksudkan untuk mensosialisasikan prosedur pernikahan yang dinilai aman dari potensi penularan Covid-19. “Secara pribadi kami sangat terpukul adanya pandemi Covid-19 ini yang secara langsung maupun tidak langsung menurunkan pendapatan, termasuk mereka pekerja seni dan pendokumentasi acara di dalamnya. Sehingga kami, IPP Tegal berinisiatif mengadakan simulasi resepsi pernikahan ini,” ungkap Dwi.

Ditanya soal komitmennya menjalankan protokol kesehatan, Dwi mengaku siap dan akan mematuhinya demi keselamatan bersama. Pihaknya juga tidak ingin penyelenggaraan resepsi pernikahan yang menjadi lahan usahanya berkembang menjadi klaster baru penularan Covid-19. *