PURWOKERTO, metro7.co.id – Cuaca cerah di Sabtu itu tiba-tiba dikejutkan suara gemuruh disusul ledakan yang terdengar dahsyat. Di sisi lain, terlihat semburan asap membubung tinggi dari puncak Gunung Slamet.

Suara tersebut ternyata berasal dari erupsi Gunung Slamet, Purwokerto, Banyumas, Jateng, Sabtu (5/3).

Warga masyarakat di lereng Gunung Slamet histeris. Mereka ketakutan dan berlarian keluar rumah mencari perlindungan.

Beberapa warga yang saat berlari menyelamatkan diri terjatuh hingga luka-luka dan patah kaki.

Ada juga yang terluka bakar karena kena percikan abu vulkanik yang disemburkan Gunung Slamet hingga terjerembab ke dalam parit.

Juga seorang wanita yang sedang hamil tergeletak di tepi jalan dengan luka-luka serius. Serta ada perempuan dan pria muda yang cedera meski tidak terlalu serius.

Sementara puluhan relawan Palang Merah Indonesia (PMI) terlihat memberikan pertolongan kepada para korban.

Ada yang memberikan pertolongan kepada korban luka, menandu korban ke mobil ambulans, dan ada yang mengevakuasi korban ke tempat pengungsian.

Ratusan warga lainnya ikut diungsikan ke lokasi aman yang sudah disiapkan. Tapi tak sedikit pengungsi yang teriak-teriak karena bantuan tak kunjung tiba.

“Pak Kades, jangan wawancara terus. Warganya pada kelaparan. Bantuannya nggak datang-datang,” tutur seorang wanita warga lereng Gunung Slamet di tempat pengungsian di Kutayasa, Sumbang.

Di luar pengungsian, sirene mobil ambulans meraung-raung, hilir mudik menuju lokasi korban luka yang telah ditolong relawan dan membawanya ke rumah sakit.

Puluhan relawan juga terlihat sibuk, namun cekatan memberikan pertolongan pertama kepada korban luka dan menandunya ke lokasi aman.

Suasana kalut akibat erupsi Gunung Slamet tersebut bukan peristiwa nyata.

Peristiwa yang ada di kompleks Agrowisata Karang Panginyongan (AKP) itu merupakan simulasi yang dilakukan relawan PMI dari eks-Bakorwil III, meliputi wilayah
eks-Karesidenan Banyumas dan Pekalongan.

“Simulasi yang berlangsung di Agrowisata Karang Panginyongan merupakan rangkaian kegiatan Latihan Gabungan Relawan PMI se-Eks Bakorwil III yang berlangsung dari tanggal 3 hingga 5 Maret 2022. Kebetulan tahun 2022 ini PMI Kabupaten Banyumas bertindak selaku tuan rumah,” kata Wakil Ketua II PMI Kabupaten Banyumas, dr Tangguh Budi Prasetyo, Sabtu (5/3).

Ia mengatakan, para relawan PMI di eks-Bakorwil III secara rutin melaksanakan latihan gabungan agar terjalin sinergitas di antara sesama relawan. Apabila sudah terjalin sinergitas, bila sewaktu-waktu terjadi bencana, para relawan di wilayah eks-Bakorwil III akan mudah untuk saling koordinasi, membantu, dan bekerja sama dalam menangani bencana alam.

Kepala Markas PMI Banyumas, Ariono menambahkan latihan gabungan yang diakhiri dengan simulasi sebagai praktik dalam pelatihan, diikuti relawan PMI yang berasal dari 11 kabupaten/kota.

Yaitu Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara. Kemudian Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kebupaten Pemalang, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Batang.

Tiap PMI kabupaten/kota mengirimkan 10 relawan plus satu pendamping. Total peserta pelatihan dan simulasi 121 orang.

“Tujuan kegiatan pelatihan dan simulasi ini, disamping mempererat silaturahmi, juga untuk meningkatkan kapasitas relawan dalam penanggulangan bencana, dan agar terbiasa melakukan koordinasi antar relawan kabupaten/kota,” terang Ariono.

Pada simulasi yang digelar sebelum penutupan pelatihan, lanjut Ariono, diilustrasikan Gunung Slamet menunjukkan peningkatan aktivitas yang memerlukan kesiapsiagaan dari kabupaten/kota di Jateng yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Gunung Slamet.

Dalam perkembangannya, laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terdapat peningkatan aktivitas Gunung Slamet hingga statusnya naik menjadi waspada (level II) sampai siaga (level III).

Atas informasi tersebut, PMI Kabupaten Banyumas yang mendapat informasi dari BPBD mengambil langkah-langkah, mulai dari inventarisasi sarana prasarana, melakukan koordinasi dengan BPBD dan instansi terkait lainnya, serta meminta bantuan dari PMI tetangga yang berbatasan.

“Pada simulasi, para relawan gabungan dibagi ke dalam kelompok-kelompok sesuai kebutuhan saat bencana erupsi. Jadi ada posko kendali, posko pengungsian, posko kesehatan, posko bantuan, dan sebagainya. Meski hanya simulasi, tetapi para relawan melakukan praktik seperti saat erupsi sebenarnya,” jelas Ariono.

Simulasi dilaksanakan mulai pukul 08.00 hingga 12.30 WIB sampai dilakukan evaluasi atas pelaksanaan simulasi oleh pelatih yang sudah berpengalaman terjun dalam penanggulangan bencana di berbagai daerah.

Para peserta simulasi tampak antusias dan merasakan pentingnya koordinasi antar relawan PMI kabupaten/kota.