BOJONEGORO, metro7.co.id – Mendeskripsikan gambaran Kabupaten Bojonegoro sebagai Daerah penghasil lumbung pangan dan energi tampaknya tidak ada ujungnya. Dimana sawah dan kekayaan hutan lain terhampar cukup luas, dari ujung selatan, utara, timur dan barat.

Jika kekayaan alam Bojonegoro dikelola dengan baik, tentu akan menghasilkan nilai jual tinggi bagi para pelaku UMKM di Bojonegoro.

Seperti halnya, Maisir, pelaku UMKM asal Desa Balenrejo, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro. Berawal di tahun 2014, melihat banyaknya pelepah pisang di sekitar pekarangan rumah yang tidak terpakai atau hanya terbuang percuma.

Pria yang akrab disapa Maisir ini berinisiatif menjadikan pelepah pisang menjadi suatu produk yang multiguna, atau minimal untuk kita pakai sendiri terlebih bisa menghasilkan sumber rejeki.

“Melihat banyaknya pelepah pisang tidak terpakai, akhirnya berinisiatif untuk bisa menghasilkan produk multiguna. Yang memiliki nilai pakai dan nilai jual maka saya buatlah berbagai kerajinan dari pelepah pisang yang sudah kering,” tutur Maisir saat ditemui awak media, Kamis (29/10/20)

Selama kurang lebih 7 tahun menggeluti usaha sebagai pengrajin pelepah pisang, produk yang dihasilkan dari tangan mahir Maisir sudah mencapai 65 jenis. Baik dari perabot rumah tangga, gantungan kunci, kaligrafi, foto siluet, kipas, tempat tissue, jam dinding, figura hingga alat tulis kantor (ATK) berbahan dasar pelepah pisang yang telah dikeringkan.

“Jenis produk dari bahan dasar pelepah pisang sudah ada 65 jenis, baik figura hingga tempat tissue maupun jam dinding,” jelas pria asal Desa Balenrejo kepada blokBojonegoro.

Bagi anda yang penasaran dan ingin menjadikan kerajinan pelepah pisang sebagai buah tangan, harga yang ditawarkan relatif ekonomis. Dari mulai bros seharga Rp 7.000 hingga termahal foto silluet dibandrol dengan harga Rp 750.000.

“Harga kerajinan mulai yang paling murah Rp 7.000 dan yang paling mahal dibandrol Rp. 750.000 berupa silluet,” katanya.

Tak kalah menarik, produksi penjualan dilakukan secara online dan offline. Untuk offline berada di galeri sekaligus workshop Desa Balenrejo, Kecamatan Balen.

Selain itu ia juga bekerjasama dengan pihak eksternal untuk memasarkan di lokasi wisata kebun belimbing Desa Ngringinrejo, Royal ATK Batu, Jatim Park 3 Malang, Sendang Asmoro Tuhan dan Galeri Dinkop Bojonegoro. Sedangkan produksi penjualan online ia rajin berselancar dari Facebook hingga instagram.

“Penjualan saya lakukan online dan offline. Kalau offline ada beberapa pihak eksternal yang membantu produksi penjualan baik dalam kota maupun luar kota, sedangkan online rajin memanfaatkan sosial media,” imbuh pria yang tergabung dalam Asosiasi UMKM Bojonegoro ini.

Omzet bersih dalam sebulan ketika menggeluti bisnis kerajinan daur ulang pelepah pisang, nyatanya cukup menguntungkan. Dari Rp 5.000.000 hingga Rp 15.000.0000 pernah ia raup dalam satu bulannya.

“Omzet bersih sebulan bisa capai Rp 15.000.000,” sanggahnya.

Maisir juga berharap, nantinya para pelaku UMKM di Bojonegoro ada perhatian khusus dari pemangku kebijakan. Baik dengan adanya pendampingan lebih agar para pelaku usaha kecil dapat bertahan dan tetap berproduksi, serta memasarkan produknya untuk menopang ekonomi keluarga. Serta menjadi ikon produk lokal kebanggan Masyarakat.

“Harapan kedepan khusunya bagi pelaku UMKM di Bojonegoro ada pendampingan khusus dari pemerintah. Agar bisa menjadi salah satu ikon baru di Bojonegoro, dan menjadi produk unggulan bermanfaat bagi masyarakat luas,” pungkasnya penuh harap. ****