JAKARTA, metro7.co.id – Seorang kakek berusia 87 tahun yang menderita patah tulang dan reaktif rapid test di Kendari, Sulawesi Tenggara, terpaksa mengalami penelantaran selama delapan jam dari dua rumah sakit di kota tersebut.

Kakek berinisial NM tersebut awalnya terjatuh di rumahnya dan terkilir di bagian paha. Ia kemudian dibawa ke Rumah Sakit Santa Anna pada Kamis (20/8) pagi.

Di rumah sakit tersebut, NM diperiksa dan menjalani rapid test. NM juga disarankan harus menjalani operasi akibat insiden jatuh, namun RS tersebut tak memiliki fasilitas operasi tulang.

Usai hasil rapid test NM keluar dan menunjukkan reaktif, pihak RS meminta keluarga membawa NM ke RSUD Kendari atau RSU Bahteramas.

Salah satu keluarga NM, Irfan menyebut pihak RS Santa Anna menolak merawat pasien karena mereka bukan rumah sakit rujukan Covid-19. Selain itu, disebutkan ruangan RS penuh.

Namun pihak RS Santa Anna juga menolak menggunakan ambulans mereka untuk mengantarkan NM ke RSUD Kota Kendari yang dipilih oleh pihak keluarga. “Kami malah diarahkan naik di mobil pick-up,” kata Irfan kepada wartawan.

Ketidaksediaan mobil membuat NM terpaksa dibaringkan di bangsal teras Instalasi Gawat Darurat RS Santa Anna selama tujuh jam, hingga ada salah satu ambulans lewat dan bersedia mengantarkan setelah dihentikan di jalan oleh pihak keluarga.

Akan tetapi, begitu tiba di RSUD Kota Kendari, NM juga tak langsung mendapatkan penanganan medis hingga kembali terlantar di ambulans selama satu jam.

“Pas tiba di sini (RSUD Kota Kendari), petugas bilang ini dari Santa Anna ya, ini tidak boleh dibawa ke sini, karena ruangannya full. Saya jawab ini harus segera dioperasi. Katanya, tunggu saya konfirmasi ke bos,” kata Irfan menirukan perkataan petugas RS tersebut.

NM baru dievakuasi ke ruang IGD Covid-19 pada pukul 16 WITA, setelah sejumlah wartawan menghubungi Direktur Utama RSUD Kota Kendari, Sukirman.

Dikutip dari CNN Indonesia, Sukirman membantah bila pasien itu ditelantarkan dengan alasan ruangan perawatan pasien Covid-19 penuh. Apalagi, katanya, NM tidak bisa bangun karena patah tulang.

“Jadi kami tidak telantarkan. Sebelum diturunkan, kami swab dulu di dalam mobil. Sebab, jangan sampai kami masukkan di ruang perawatan dan berbaur dengan pasien lain,” kata Sukirman.

Sukirman menyebut ketika NM diswab, ia langsung menghubungi rekannya di RSU Bahteramas Kendari agar sampel pasien langsung diperiksa. “Dan hasilnya negatif Covid-19. Sudah keluar tadi hasilnya,” katanya.

Menurut Sukirman, masalah saat ini adalah cara menangani kakek tersebut yang kondisinya patah tulang. Sebab, butuh waktu lama untuk dilakukan operasi.

“Sekarang kita observasi dulu sambal dirawat di RSUD Kota Kendari. Pahanya patah tulang. Kalau mau operasi, usianya sudah tua sekali, agak riskan,” jelasnya.

Direktur Rumah Sakit Santa Anna Kendari, Mario Polo sudah dihubungi namun yang bersangkutan tak juga memberikan jawaban.***(cnnindonesia)