Kalsel Masuk Audit Sampah Plastik Perairan Dari 13 Provinsi di Indonesia
JAKARTA, metro7.co.id – Dari penjaringan sampah yang dilakukan Sungai Watch, sebuah lembaga peduli lingkungan asal Bali, di sungai-sungai yang ada di Bali dan Banyuwangi, Jawa Timur sepanjang 2023, diperoleh waste audit di mana 6 persen dari sampah yang terjaring merupakan sampah sachet. Ditemukan 91.667 item sachet pada lokasi audit yang berhasil terjaring di sungai-sungai.
Adapun pengauditan sampah ini dirangkum dalam sebuah laporan berjudul ‘Sungai Watch Impact Report 2023’. Sungai Watch menyebutkan penjaringan sampah di sungai-sungai dilakukan dengan Adapun jaring-jaring sampah di hulu-hulu sungai.
Menurut Sungai Watch, audit merek dari sampah plastik ini menjadi hal mendesak yang perlu dilakukan guna mencegah polusi.
Disebutkan dalam laporannya, kemasan sachet sangat umum digunakan di Indonesia, mulai dari sampo hingga kopi instan. Harga yang terjangkau dan sifat yang praktis menjadi alasan utama penggunaan sachet.
Namun, komponennya yang kompleks dengan lapisan ganda yaitu plastik dan aluminium memberikan tantangan bagi proses daur ulang dan mengancam lingkungan.
Dari hasil audit sampah sepanjang Sungai Watch mencatat 10 besar pencemaran sampah sachet ini berasal dari perusahaan Wings, Unilever, PT Santos Jaya Abadi, Indofood, Siantar Top, Mayora, Ajinomoto, P&G, Mama Lemon.
Koordinator Program Sensus Sampah Plastik Indonesia, Muhammad Kholil Basyaiban mengatakan, penelitian ini dilakukan hampir dua tahun, mulai dari Maret 2022 hingga November 2023.
Dalam penelitian yang dilakukan tim satu menyusuri serta melakukan audit sampah di 64 titik lokasi di 30 kabupaten kota di 13 provinsi di Indonesia.
“Sensus Sampah Plastik ini adalah audit sampah plastik di perairan yang pertama kali dilakukan di jumlah titik terbanyak di Indonesia, yakni di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Papua Barat, dan Kalimantan Selatan (Kalsel),” jelasnya.
Menurutnya, pemilihan wilayah tersebut dilakukan dengan menggunakan proporsi sampling. Di mana, penentuan lokasinya dilihat dari lingkungan yang dijadikan fokus untuk penelitiannya.
“Karenanya, wilayahnya itu secara random, karena sifat penelitiannya kan kolaboratif. Jadi, itu salah satunya support data dari komunitas-komunitas yang ada di luar Jawa. Kita memilihnya berdasarkan kolaboratif dengan komunitas,” katanya.
Dia menjelaskan, ada 5 metode yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, metode dengan jaring atau penangkapan (catching), kedua itu drafting (pencatatan), ketiga pakai barcode scanning, keempat metode trash boom (penjebak sampah), dan kelima adalah foto sampah.
“Itu cara kita untuk mengumpulkan sampah dan mendata sampah itu. Kita juga mengidentifikasinya mulai dari mereknya, asal produsennya, tipe layers atau lapisan plastiknya, tipe produk sama material plastiknya,” bebernya.
Muhammad Kholik mempaparkan lagi, 10 pencemaran plastik terbanyak di perairan Indonesia menunjukan pemerintah ke depan harus berkomitmen untuk tegas mengawasi pengelolaan sampah plastik oleh produsen dan menekan jumlah penggunaan plastik, terus mengangkat isu pencemaran sampah plastik agar lebih banyak perhatian dari pemerintah dan produsen.
“Serta memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai bahaya sampah plastik dan pentingnya mengurangi penggunaan plastik, termasuk dengan desain yang lebih ramah lingkungan,” tutupnya.