BANGKA BELITUNG, metro7.co.id – Perayaan hari besar maulid Nabi Muhammad SAW tak cukup dimaknai secara simbolis maupun seremonial dengan hanya memeringati hari kelahirannya semata.

Kelahiran manusia agung dari kabilah suku Quraisy, tanggal 12 Rabiul Awwal, tahun Gajah atau 570 Masehi, di Kota Mekah, pada 1452 tahun yang lalu itu, merupakan titik pijak umat manusia menuju peradaban yang berkeadilan serta beradab, setelah sebelumnya terbelenggu oleh kegelapan jahiliyah.

Dari pemikiran seorang Muhammad SAW lah, nilai-nilai pluralitas yang menuntun umat Islam untuk saling menghormati beragam perbedaan keyakinan agama maupun suku bangsa yang kental dengan kemajemukan diajarkan, hingga terwarisi sampai sekarang.

Nilai-nilai pluralitas tersebut termanifestasikan di dalam sebuah dokumen konstitusi yang disebut Piagam Madinah.

Piagam Madinah sendiri adalah seperangkat konsensus politik yang digagas dan disusun oleh Nabi Muhammad SAW guna menyatukan perbedaan suku dan agama selama masa hijrahnya di Yastrib atau Madinah.

Melalui Piagam Madinah tersebut lah seorang Muhammad SAW lalu berhasil membangun sebuah komunitas sosial yang sarat nilai-nilai kesetaraan dan kemanusian, sehingga mampu terciptanya masyarakat yang pluralis dan madani di jazirah Arab kala itu.

Tentunya, etos perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menjadikan Islam sebagai cahaya dan pilar peradaban umat manusia tersebut patut dijadikan tauladan umatnya untuk tetap gigih meneruskan serta mejadikan nilai-nilai perjuangan dari seorang Muhammad SAW sebagai pedoman hidup.

Esensi perjuangan itu lah, yang dimaknai oleh Bupati Kabupaten Bangka, Mulkan, saat hadir dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 yang digelar Sabtu (8/10) pagi, di Masjid Rahmatuddin, Desa Kemuja, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka.

“Mari kita ambil hikmah hari maulid ini untuk mengajarkan kita sebagai umatnya yang tetap teruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW, sekaligus menambah keimanan, ketaqwaan, dan ketaatan kita kepada Allah SWT,” ujar Mulkan dalam sambutannya.

Dirinya juga mengatakan, perayaan maulid nabi merupakan tradisi turun-temurun yang selain kental dengan ruh spiritualitas, juga merupakan bagian dari kearifan lokal masyarakat yang harus tetap dilaksanakan setiap tahunnya.

Selain merayakan maulid nabi, dalam suasana dan momen yang sakral itu juga Mulkan turut me-launching buku berjudul “Kemuja: Serambi Makkah untuk Peradaban Dunia”, karya Dr Rusdi Sulaiman, yang mengupas seputar sejarah tentang Desa Kemuja.

Mulkan mengharapkan buku tersebut dapat menambah khazanah keilmuan bagi generasi muda dalam memperkaya wawasan dan literasi tentang sejarah.

“Atas nama pemerintah daerah maupun kepala daerah, serta pribadi, saya menyampaikan rasa terima kasih dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para penulis, yakni Drs Rusdi Sulaiman dan kawan-kawan, yang telah menuliskan buku tentang Desa Kemuja ini. Semoga buku ini bisa berikan pengetahuan dan wawasan kepada generasi muda, sebagai penerus cita-cita bangsa, supaya mereka tidak melupakan sejarah tentang Desa Kemuja ini,” katanya.

Kehadiran buku tersebut, lanjutnya, menjadi bukti otentik keberadaan Desa Kemuja sebagai salah satu desa di Pulau Bangka yang kaya akan nilai kesejarahan dan kebudayaan.

Karena itu, dirinya ucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah berjibaku dalam meneliti, menulis, hingga kemudian selesai menerbitkan buku tersebut.

“Buku ini bukan sembarang buku. Karena ini sebagai bentuk pembuktian yang nyata dan otentik mengenai sejarah keberadaan Desa Kemuja. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan membantu terbitnya buku ini, yang nanti akan kita bedah bersama-sama,” tutupnya.