Kisah Haru : Perjuangan Sang Nenek, Hidup Sendiri di Tengah Kebun, dan Jauh dari Tetangga Akibat Pembangunan Waduk Wadaslintang
WONOSOBO, metro7.co.id – Sore hari yang dingin di Wonosobo, suhu udara nyaris 23 derajat. Di depan rumah tampak seorang nenek sembari memegang sapu lidi ditangan kanannya, berbaju batik lengan panjang seakan-akan jarang tersentuh setrika. Jum’at pukul 16.45 WIB. Ny Jenes (77) mengisahkan pengalamannya tinggal selama 42 tahun di sebuah kebun semenjak pindah dari desa asalnya Sumbersari akibat pembangunan waduk Wadaslintang (23/9/2022).
Waduk Wadaslintang mulai dikerjakan tahun 1982, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto awal tahun 1988. Konstruksi beton bendungan tersebut dikagumi banyak pakar dari negara asing, dan diproyeksikan mampu berusia sampai 200 tahun. Namun, di balik kemegahan dan kekuatanya ada kisah menarik di balik itu.
Tahun 1980 warga di bantaran sungai Bedegolan Desa Sumberejo yang berdampak pada tenggelamnya hampir seluruh pemukiman di Desa Sumbersari. Warga terpaksa direlokasi untuk mengikuti transmigrasi Bedol Desa ke pulau Sumatra terutama wilayah Transimigrasi di Provinsi Bengkulu dan Jambi.
Ny Jenes adalah salah satu dari beberapa warga yang memilih untuk tidak mengikuti program Transmigrasi. Ia dan suaminya Suwarno (Alm) waktu itu memutuskan membeli lahan untuk membangun rumah tinggal di wilayah Pocol RT 39 RW 09 Dusun Tuban Desa Lancar Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.
Nyi Jenes terpaksa tinggal di rumah tidak layak huni yang nyaris ambruk lantaran tidak punya biaya untuk melakukan perbaikan. Rumah Ny Jenes terlihat sangat memprihatinkan, genteng atap rumah sudah banyak yang berjatuhan dan dinding yang terbuat dari kayu sudah rapuh dan banyak lubang. Lantaran genteng berjatuhan, bagian dalam rumah seringkali kebocoran. Bahkan saat musim hujan tetap kehujanan meski di dalam rumah.
Namun, sejak program bantuan rumah yang di canangkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ny Jenes mendapatkan program bantuan bedah rumah tahun 2021 lalu. Dan kini bisa merasakan hidup di rumah yang layak untuk di huni dan tampa rasa was-was saat diguyur hujan lebat.
Diketahui Ny. Jenes kini hidup di rumah tersebut tanpa anak-anaknya, Sementara suaminya meninggal sejak 17 tahun yang lalu. Kelima anaknya yang semua berjenis kelamin laki-laki sudah hidup berkeluarga dan memilih ikut istrinya
Ny Jenes mengatakan sudah 42 tahun menempati rumahnya tersebut dan baru sekali ini di bangun. Kisah Ny Jenes adalah salah satu dari puluhan warga di Desa Lancar yang mendapat bantuan RTLH
“Alhamdulillah saya baru sekali dapat bantuan bedah rumah, karena rumah saya sejak saya pindah ke sini selama 42 tahun belum pernah di perbaiki dan saya baru bisa merasakan rumah layak,” kata Jenes saat dikonfirmasi metro7
“Saya kesini tahun 80-an, Rumah asal saya di Desa Sumbersari yang saat ini sudah tenggelam menjadi Waduk, yang lain ikut program Transmigrasi di Bengkulu, tapi saya memilih untuk tidak mengikuti,” tambanya.
Menurut Perangkat Desa Setempat Septi Aningsih selaku Kaur Pembangunan, pada tahun 2021 Desa lancar mendapat Program Bantuan RTLH sejumlah 12 rumah.
“Pemerintah Desa Lancar mengajukan beberapa rumah untuk mendapatkan bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) bantuan Gubernur, namun yang di setujui hanya 12 rumah di Tahun 2021,” tandasnya.
Bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) adalah bantuan Gubernur untuk Mengentaskan Kemiskinan bagi warga kurang mampu terutama bagi warga yang masih tinggal di rumah yang tidak layak untuk di huni.
Data BPS tahun 2021, jumlah penduduk miskin di Wonosobo mencapai 110.691 jiwa. Sedangkan rumah tak layak huni (RTLH) di Wonosobo mencapai 23.441 unit. Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa program yang disiapkan DPRD Jateng dan Pemprov Jateng dalam upaya pengentasan kemiskinan di wilayah Wonosobo. Di antaranya dengan program stimulan bantuan pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Target tahun 2022 ini, ada 11.417 unit rumah yang akan diperbaiki dengan berbagai program. Terdiri dari 5.409 unit hasil Aspirasi, 530 unit Desa Dampingan, dan 301 unit Penanganan Kemisikinan Ekstrem (PKE). Jumlah itu nantinya akan dibagi dalam dua tahap penganggaran, tahap satu 6.260 unit, dan tahap kedua 5.157 unit.
Ada ribuan rumah yang tidak layak di Wonosobo, dan jutaan yang tersebar di Provinsi Jawa Tengah, pada era pemerintahan Ganjar Pranowo setidaknya sudah ada 931 ribu rumah yang telah di rehabilitasi dari target RPJMD mencapai 1,6 juta rumah. Pemerintah Pemprov Jateng tidak sendirian, melainkan menggandeng pihak pemerintah pusat, pemerintah kota dan kabupaten, BUMD, dan pihak swasta.*