MALANG, metro7.co.id – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unisma Semester 6 kembali menggelar panggung teater yang memukau, Jumat (5/7).

Kegiatan ini menjadi bukti komitmen dan kreativitas mahasiswa dalam mengeksplorasi dan mengekspresikan kemampuan mereka di bidang seni teater.

Dalam acara ini, terdapat dua penampilan utama, yaitu Teater Denaya dengan tema ‘Rogo Edan’ dan Teater Pribumi dengan tema ‘Dendamnya Dendam’.

Menurut Talita selaku produser teater Denaya, cerita ini mengisahkan tentang mengisahkan tentang orang gila yang dihamili oleh Pak Kades, dan gila yang dimaksud mempunyai dua konatasi, gila karena memang psikisnya atau gila karena dia buta hal baik atau buruk

“Pertunjukan ini menggambarkan dilema moral dan realita sosial yang kompleks, memberikan penonton pemahaman lebih mendalam tentang konsep baik dan buruk,” ungkapnya.

Penampilan kedua, Teater Pribumi dengan cerita berjudul ‘Dendamnya Dendam’ mengisahkan tentang seorang ibu dan anak yang hidup dalam kemiskinan. Cerita ini menggambarkan ironi kehidupan dan konflik batin yang mendalam.

“Keluarga mereka ditindas oleh orang-orang berkuasa dan rumah mereka digusur hingga mereka tidak memiliki tempat tinggal. Anak dari keluarga ini berjanji untuk membalas dendam atas apa yang telah dilakukan kepada mereka,” ungkapnya.

“Tragisnya, anak tersebut kemudian mengetahui bahwa yang menggusur rumahnya adalah ayahnya sendiri yang sudah lama tidak pulang ke rumah,” tambahnya.

Hidayatulloh Anshori, selaku pembina Badan Semi Otonom (BSO) Teater Bangkit memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kedua teater tersebut.

Ia menyatakan, pertunjukan ini tidak hanya merepresentasikan kelompok teater tersebut, tetapi juga menggambarkan potensi besar yang dimiliki oleh mahasiswa PBSI secara keseluruhan. “Ini bukan lagi teater Denaya dan Pribumi, melainkan mahasiswa PBSI,” ucapannya.

Selain itu, Hidayatulloh Anshori juga menambahkan, acara ini bukan sekadar pertunjukan teater biasa, melaikan menjadi ajang pembelajaran yang saling menguntungkan antara mahasiswa dan pembinanya, serta memperkaya pengalaman semua pihak yang terlibat.

“Kita hadir di sini belajar bersama, saya juga belajar tentang teater, bagaimana cara mengindahkan naskah ke bahasa panggung,” tutupnya.

Acara teater yang diselenggarakan oleh mahasiswa PBSI Semester 6 ini mendapatkan respons positif dari para penonton.

Kedua penampilan tersebut berhasil membawa penonton larut dalam alur cerita dan emosi yang disampaikan. Pertunjukan ini juga menunjukkan betapa pentingnya seni teater dalam mengangkat isu-isu sosial yang sering kali diabaikan, serta menjadi medium refleksi bagi masyarakat.

Kegiatan teater ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berkreasi dan mengeksplorasi berbagai bidang seni.

Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut dan menjadi sarana bagi mahasiswa untuk terus belajar dan berkembang dalam bidang seni dan budaya.