MALTENG, metro7.co.id – Suriadi (36), warga Dusun Yaholu Negeri Tehua, Kecamatan Telutih, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku bekerja sebagai nelayan dengan menggunakan peralatan seadanya. Sejak 5 tahun lalu, ia bekerja sebagai nelayan yang hanya mengandalkan sampan kecil saat mencari ikan di laut.

Suriadi mengatakan, menjadi nelayan demi menghidupi istri dan kedua anaknya.

“Karena hanya pakai sampan dan dayung, saya tidak bisa masuk lebih jauh. Tangan tidak kuat mengayuh untuk melewati ombak besar,” tutur Suriadi, saat dijumpai metro7.co.id di tempat tinggalnya pada Rabu (25/11/2020).

Suriadi mengaku, karena kemampuan mengayuh sampan terbatas, hasil tangkapan pun sedikit. Hasil jual dari mencari ikan itu hanya berkisar Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. Itu pun tidak setiap hari.

“Saya merasa kesulitan memasarkan ikan hasil tangkapan saya karena kondisi pandemi covid-19 dan uang yang saya terima pun itu hanya bisa beli makan dan minum sehari-hari. Tidak ada untuk tabungan masa depan anak-anaknya,” ungkap Suriadi.

Suriadi mengaku, tidak jarang dirinya pulang dengan kosong. Saat itu, ia terpaksa mengutang di kios untuk bisa dapatkan beras.

Selain itu, karena penghasilan tidak menentu, sampai hari ini rumahnya belum teraliri listrik negara. Di malam hari mereka hanya mengandalkan lampu pelita.

“Bagaimana mau pasang meteran, beli buku anak sekolah saja tidak bisa. Uang hasil tangkapan saya hanya bisa beli beras,” ujar Suriadi.

 

Berharap Punya Ketinting

Suriadi mengungkapkan, kesulitan yang ia alami selama 5 tahun jadi nelayan adalah setiap hari harus mendayung perahunya untuk mencari ikan.

Begitu pula dengan alat pancing, hanya seadanya. Peralatan seadanya hasilnya juga seadanya.

Padahal, setiap hari kebutuhan ekonomi semakin meningkat. Namun, pendapatan kecil bahkan nyaris tanpa hasil.

Suriadi berharap, ke depan ia bisa mendapatkan bantuan ketinting dan peralatan pancing dari Dinas Perikanan dan Kelautan Maluku Tengah untuk bisa memperbaiki hidupnya sebagai nelayan.

“Sudah 5 tahun jadi nelayan tiap hari dayung sampan, saya ingin sekali punya motor laut,” ungkap Suriadi.

 

Penghasilan Turun saat Pandemi

Suriadi menceritakan, selama pandemi ini, ia tetap memancing dengan mengayuh sampan ke laut. Namun, hasil tangkapannya tidak laku terjual kadang hanya mendapat hasil Rp 25.000 hingga Rp 50.000.

“Uang ini hanya cukup untuk beli beras dan minyak tanah untuk menghidupi lampu pelita di malam hari,” ungkap Suriadi.

Suriadi mengatakan, untuk bisa bertahan selama pandemi ini, seringkali keluarganya berutang di kios.

“Sering tidak ada uang. Terpaksa saya harus bon beras di kios milik tetangga. Sedihnya, kadang orang izin kita bon. Kalau tidak diizinkan bon, terpaksa saya harus dari kios ke kios minta bon,” ungkapnya.**