SULA, metro7.co.id – Seminar Kebudayaan yang diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul) dengan tema “Habar Sua” diapresiasi HMI Cabang Sanana saat menjelang pelaksanaan penutupan Festival Tanjung Waka.

Ketua Umum HMI Cabang Sanana, Salamun Selpia saat di wawancarai mengatakan, seminar tersebut cukup eksotik, sebab dapat menambah wawasan dalam pemikiran, rujukan dan dapat mengembangkan pemekiran mengenai Sosial, Ekonomi dan budaya masyarakat Sula, kemudian dapat menjadi catatan bagi Pemerintah.

“Selanjutnya, HMI Cabang Sanana juga lebih fokus pada pembahasan identitas Masyarakat dan Pemda Kepsul,” ucap Salamun.

Dari hasil seminar tersebut, setidaknya tidak hanya sebatas dalam ruang serimonial. Akantetapi pembahasannya dapat menuai problem pada seminar tersebut.

Ini harus menjadi catatan buat Pemda Kepsul agar dapat diatasi, tuturnya, terutama mengenai Bahasa sula, Adat istiadat, budaya, dan Sejarah sula serta dapat tertata rapi, dan dikembangkan.

“Kemudian dapat diasumsikan oleh generasi sula melalui lembaga Pendidikan yang di sisip dalam  kurikulum satuan pendidikan, sebab regulasi mengenai kurikulum telah memberi ruang dalam 20 persen pada masing-masing otonom untuk menyusun kurikulum pembelejaran sesuai dengan kondisi dan situasi otonom tersebut,” bebernya.

Terlepas dari itu, Salamun menyatakan, Benteng De Verwaching juga harus di berdayakan dan harus di jadikan tempat museum untuk menyimpan dan melestarikan ruang informasi mengenai budaya-budaya sula dalam bentuk materil maupun nonmateril. Agar budaya sula tetap dikenang juga dapat melekat pada anak negeri Kepulauan Sula.

“Kami HMI Cabang sanana melihat bahwa budaya sula tidak terakomodir dengan rapi dan ternaskahkan, walaupun Peraturan Daerah (Perda) telah menciptakan Bahasa sula. Namun, sejauh ini, aktualisasi di lapangan belum juga terlihat. Takutnya, budaya sula akan hilang terkikis oleh Perkembangan Global,” tandasnya.