SULA, metro7.co.id – Kepala Sekolah Menengah Atas Negri Empat (SMAN 4) Falabisahaya, Kepulauan Sula, Maluku Utara, Aryati Salim sebut kerikil yang dibawakan oleh Siswa dan Siswinya di Sekolah sesuai kesepakatan rapat dengan orang tua murid.

“Kalau mengenai krikil itu sudah pernah disampaikan pada rapat orang tua murid saat penerimaan raport kenaikan kelas,” kata Aryati Salim, Selasa (17/1).

Ia bilang, jika ada siswa maupun siswi yang alpa sebelum dan sesudah waktunya aktifnya sekolah maka akan diberi sanksi untuk membawa kerikil agar dapat bekerja sama dan menimbun genangan air di sekolah.

“Tapi, kita tidak memaksakan murid untuk dibawa pada waktu berseragam, melainkan di luar jam sekolah. Misalnya di waktu sore dan waktu libur sekolah. Itu pun kalau mereka alpa,” jelasnya.

Menurutnya, kalau pun ada murid yang sakit di waktu aktifnya sekolah harus di sampaikan ke wali kelas.

“Sebab, menjaga kemungkinan, jangan sampai pada absen ditaruh alpa. Supaya ada kebijakan dari sekolah,” ujarnya.

Selain itu, kata Dia, siswa dan siswi tidak diberikan penekanan atau tidak di intimidasi untuk membawa kerikil dobel atau per-alpa.

“Hanya cukup per-karung saja, dan itu merupakan bentuk kerja sama sekolah dan orang tua murid,” katanya.

Mengenai dana BOS, lanjut Aryati Salim, selama masa jabatan, pihaknya sudah mengupayakan untuk disetiap tahunnya ada timbunan.

“Sehingga SMAN 4 Falabisahaya bisa melakukan upacara di setiap hari seninnya,” tandasnya.

“Dan terkait intimidasi dari oknum guru yakni Ratna Lariha itu tidak benar. Soalnya, itu sudah kesepakatan orang tua murid,” tutupnya.