Miris !! Pembuat Gula Jawa di Wonosobo Kini Semakin Langka Keberadaannya
WONOSOBO, metro7.co.id – Moh Karno dibantu Sang Istri Kirah, Warga Dusun Kajoran, Desa Somogede, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo adalah salah satu Pembuat Gula Jawa Murni yang masih bertahan sampai saat ini (3/6/2023).
Generasi penerus Pembuat Gula Jawa kini sangat langka, para pemuda lebih memilih ke kota untuk mencari penghasilan disana, padahal Gula jawa adalah kebutuhan pokok yang apabila jarang di temukan maka harga akan semakin mahal.
Gula Jawa adalah sejenis bumbu dapur tradisional berasal dari pulau Jawa, yang keberadaanya sudah sejak dahulu kala dan sampai saat ini menyebar di seluruh Indonesia.
Proses pembuatan Gula Jawa masih tergolong tradisional yang turun temurun dari nenek moyang. Butuh ketelitian dan kesabaran yang tinggi dalam proses pembuatannya.
Gula jawa atau gula merah sering kali disamakan dengan gula aren. Padahal, bahan baku pembuatan kedua gulanya pun berbeda satu dengan yang lainnya.
Pertama-tama bunga kelapa diambil dari atas pohon setiap pagi dan sore. Kemudian, bunga tersebut dipotong sebesar satu jengkal hingga meneteskan air yang disebut nira. Adapun satu pohon kelapa biasanya dapat memproduksi sekitar 8 sampai 10 liter air nira.
Air nira kemudian dituang ke dalam kuali besar dan dimasak hingga berwarna kecoklatan. Usai mendidih, selanjutnya adonan gula jawa tersebut diaduk sekitar 2 jam hingga 3 jam dan harus diaduk satu arah. Jika telah mengental, adonan tersebut kemudian dicetak dengan menggunakan batok kelapa kemudian di tuang ke dalam cetakan bambu.
Dari 8 liter air nira kelapa, Kirah menyebut bisa menghasilkan 2,5 sampai 3 kg gula jawa. Adapun 1 kg ada 8 sampai 12 batok tergantung besar kecilnya batok kelapa.
Soal rasa, Kirah mengungkapkan, gula jawa buatanya punya rasa yang berbeda dengan gula jawa lainnya. Terlebih gula yang ia produksi masih asli dan tanpa campuran apapun. Selain itu, gula jawa juga punya kandungan glukosa paling rendah dibanding gula lainnya.
“Gula buatan saya rasanya gurih dan menjadi rebutan banyak orang di sini,. kalau di daerah lain mungkin sudah didaur ulang untuk memperbanyak produksi jadi dicampur dengan gula pasir atau tepung kanji. Sehingga rasanya juga berbeda,” ungkapnya.***