SUMBAWA BARAT, metro7.co.id – Sumber pangan merupakan masalah yang sangat krusial untuk dikembangkan ditengah pademi Covid-19 melanda dunia, sehingga menuntut semua pihak harus berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan pangan selama masa pandemi ini.

Oleh karenanya, masyarakat dalam hal ini perlu diarahkan kepada inovasi produk yang dihasilkan oleh daerah masing-masing, sebagai pengoptimalan potensi dan meningkatkan nilai tambah komuditas lokal itu sendiri.

Atas kondisi itulah, mahasiswa KKNT-IPB menggelar kegiatan workshop, tentang pengembangan komoditas lokal untuk diversifikasi pangan, Senin (10/8/2020), di Aula Kantor Desa Mura, Kecamatan Brang Ene, Kabupaten Sumbawa Barat.

Kegiatan tersebut, dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Mura, Sirajul Munir. Dalam sambutan ia menyampaikan bahwa, workshop pengembangan produk berbasis komoditas lokal untuk diversifikasi pangan ini merupakan acara murni dari tim KKNT-IPB 2020, dan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang penting untuk dilakukan, mengingat desa Mura merupakan desa yang masih kurang untuk diversifikasi pangan dan sektor UMKM.

“Semoga kegiatan ini dapat mempercepat kelompok dasawisma desa Mura dalam melakukan pemanfaatan hasil pekarangan rumah, melakukan inovasi untuk diversifikasi pangan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Forum UMKM Kabupaten Sumbawa Barat, Hj. Nurhayati, selaku pemateri, menegaskan bahwa Kabupaten Sumbawa Barat merupakan kabupaten pertama yang memiliki Peraturan Bupati, tentang Bela dan Peduli Produk lokal Sumbawa Barat.

“Disaat industri besar mengalami bangkrut, maka UMKM akan menjadi penopang ekonomi masyarakat. Industri skala rumahan pada masa pandemi ini sangat dibutuhkan karena dapat meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi untuk keluarga,” tegasnya

Ia juga mengajak kaum ibu dasawisma dan PKK, untuk memulai menggeliatkan kegiatan UMKM yang ditawarkan Mahasiswa KKNT IPB, yaitu produk berbasis komuditas lokal. Salah satunya singkong, untuk diversifikasi pangan yang dinamakan tepung MOCAF (Modified Cassava Flour.Red).

“Kegiatan pertanian dan UMKM hanya digeluti ketika kondisi tidak ada kegiatan lain yang dapat dilakukan, padahal jika kegiatan ini ditekuni maka benar-benar akan menjadi sumberdaya penghidupan yang sangat-sangat layak,” ajaknya.

Ibu-ibu dasawisma dan PKK, lanjut Yati, agar berkolaborasi dan bersinergi, baik informasi maupun inovasi dalam mengembangkan kegiatan UMKM. Mahasiswa KKNT IPB memanfaatkan Singkong sebagai salah satu komoditas lokal di Desa Mura memiliki nilai tambah dengan menjadikannya tepung MOCAF, merupakan tepung singkong yang termodifikasi secara fermentasi dengan asam laktat atau enzim khusus lainnya.

“Proses pembuatannya cukup sederhana, dan mudah untuk dilakukan. Secara singkat, proses pembuatan dimulai dari pengupasan singkong, pencucian, pemotongan singkong menjadi tipis, ferementas selama kurang lebih tiga hari, kemudian pengeringan kurang lebih dua hari, terakhir penepungan dan pengayakan,”urainya.

Hal senada juga disampaikan, Rizki Fauzi perwakilan Mahasiswa KKNT IPB, bahwa pemanfaatan singkong menjadi tepung MOCAF ini dapat mejadi pengganti tepung terigu, yang terbuat dari gandum harus diimpor dari luar negeri.

“Karakteristik dari tepung MOCAF ini mirip seperti tepung terigu tetapi memiliki keunggulan karena free gluten, rendah gula, kandungan serat terlarut lebih tinggi daripada tepung gaplek, mengandung kalsium, fosfor, dan serat lebih tinggi dari tepung terigu, cocok bagi penderita diabetes, autis dan Celiac disease,” jelas Rizki.

Rizki menambahkan, Tepung MOCAF dapat digunakan layaknya tepung terigu, sehingga dapat digunakan untuk pembuatan cookies, brownies, gorengan, dan lain-lain.

“Dengan adanya inovasi dari pengembangan komoditas lokal ini dapat membantu meningkatkan sumberdaya manusia dan perekonomian, khususnya di bidang UMKM desa Mura,” tambahnya.

Perwakilan mahasiswa lainnya, Rahmat Ramdani, memaparkan, strategi pengembangan UMKM baik dari segi inovasi, harga, kemasan dan branding, sangat efisien pada zaman yang serba digital sekarang ini. Dengan menggunakan platform, seperti, inatagram, facebook dan media sosial lainnya, menjadi solusi yang milenial dan efektif dengan kondisi pendemi covid-19 saat ini.

“Harapannya dengan adanya tepung MOCAF ini, masyarakat desa Mura dapat berkreasi dan berinovasi, sehingga menghasilkan produk khas desa Mura, misalnya cookies MOCAF khas Mura,” tutup Ramdani. *