Sistem Belajar Tatap Muka di Sekolah Segera Diberlakukan di NTB
MATARAM, metro7.co.id – Dinas Pendidikan (Dikbud) Provinsi NTB dalam waktu dekat akan segera menerapkan sistem pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah yang daerahnya termasuk zona kuning dan zona hijau penyebaran Covid-19.
Hal tersebut dimungkinkan berdasar pada keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang membolehkan pelajaran dengan sistem tatap muka diberlakukan di wilayah yang masuk zona kuning dan hijau, Minggu (09/08/2020).
Kepala Dinas Dikbud Provinsi NTB, Aidi Furqan, dihubungi metro7.co.id via telpon menjelaskan jika pihaknya akan melakukan pembahasan terkait kapan sistem tatap muka tersebut dilaksanakan pada Senin (10/08/2020), besok.
Setelah pembahasan, tahap selanjutnya adalah memerintahkan kepada semua sekolah yang bernaung di bawah Dikbud Provinsi NTB untuk langsung menjalankan mekanisme pembelajaran tatap muka tersebut.
“Kemarin, (Jum’at, 07/08/2020) ini dicabut pukul lima sore bahwa tatap muka itu sudah boleh dengan sistem sift bagi sekolah yang berada di zona kuning dan hijau. Sehingga Senin besok saya akan membahas itu di kantor,” katanya, Minggu (09/08/2020).
Sistem belajar tatap muka sendiri dilaksanakan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Untuk itu, sekolah diwajibkan menggilir kedatangan siswa yang akan belajar di sekolah.
“Secara bergilir, secara bertahap dan sistem shift,” ujarnya.
Sekolah dengan sistem tatap muka sendiri diakui Aidi menjadi permintaan sebagian besar orang tua murid. Alasannya karena BDR yang diterapkan selama ini belum bisa mengakomodir kebutuhan siswa untuk mendapat penjelasan dan praktik langsung bersama guru.
Interaksi langsung antara guru dan murid yang terhambat dengan sistem belajar BDR tersebut menyebabkan tidak efektifnya proses pembelajaran.
Selain itu, terbatasnya durasi belajar dengan menggunakan sistem Daring yang disebabkan oleh keterbatasan kuota internet juga menjadi alasan Dikbud segera menerapkan sistem belajar tatap muka.
Di luar itu, harapan Dikbud agar orang tua murid teribat aktif mendampingi anaknya untuk belajar di rumah dilihat tidak berjalan baik. Bahkan banyak ditemukan orang tua murid yang abai mendampingi anaknya ketika beajar di rumah.
Hal-hal tersebut kemudian menjadi perhatian serius pemerintah sehingga sampai pada kesimpulan segera menerapkan sistem pelajaran tatap muka langsung kendati karena alasan Covid-19, sistem belajar tatap muka tidak bisa dijalankan sebagaimana kondisi normal dahulu.
“Karena tidak bisa kita melakukan pendidikan secara sungguh-sungguh tanpa bertatap muka dengan pendidik,” ungkapnya.
Terlepas dari itu, pihaknya mengatakan tidak bisa menyalahkan sistem yang digunakan saat ini karena menjadi keputusan terbaik untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Perlu diketahui, sebelumnya, salah seorang anggota Komisi V DPRD NTB yang menaungi Bidang Pendidikan dan Kebudayaan meminta Dikbud Provinsi NTB segera membuka kelas reguler dengan mekanisme tatap muka di semua sekolah di NTB.
“Saya kira Daring ini ndak efektif dia. Pertama persoalan tekhnis, sinyal dan sebagainya kan. Yang ke dua, kalau dia punya HP kan, belum pulsa,” ujar anggota Komisi V Bidang Pendidikan Saefudin Zohri kepada metro7.co.id, Jumat, (07/08/2020) yang lalu.
Saefudin menilai, dari sisi psikologis siswa, tatap muka antara guru dengan murid yang terjadi di kelas jauh lebih efektif dalam hal transfer pengetahuan. Hal tersebut menjadi penting terutama untuk materi pelajaran yang tergolong rumit dan butuh penjelasan langsung.
“Tidak interaktif. Bisa-bisa siswa salah menangkap penjelasan,” tuturnya.
Aidi sendiri mengaku sepakat dengan pernyataan Saefudin tersebut, bahkan pihaknya menyatakan sudah berkali-kali menyampaikan hal itu dalam pertemuan-pertemuan bersama Komisi V.
Tetapi sesuai aturan birokasi, pihaknya tentu tidak bisa menerapkan kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat.
“Betul kalau secara PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) atau secara Daring tidak efektif karena kendalanya tidak sederhana kan. Saya tidak menolak itu karena saya sendiri juga melihat. Tapi ini kebijakan nasional kita tidak boleh melakukan tatap muka dulu,” jelasnya. ***