MANGGARAI BARAT, metro7.co.id – Arifudin (40). Nelayan dari Desa Bari, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat. Enam tahun terakhir, dia menjajal bisnis pisang (muku dima). Beli pisang di Bari. Jual ke Bali, Sape, Bima, Sumbawa. Bisnis pisang lintas provinsi. Omzet bisnisnya menggairahkan. Rp 10.000.000 seminggu atau Rp 40.000.000 sebulan.

Jumat senja (7/8/2020), sunset merona jingga di bibir pantai Labuan Bajo. Ratusan tandan pisang mentah menumpuk di tepi pantai. Tepatnya di samping TPI Kampung Ujung Labuan Bajo.

Tidak jauh dari tumpukan pisang, sebuah dum truk ekspedisi sedang parkir. Bak mobil ekspedisi itu persis menyentuh tumpukan tandan pisang.

Sementara itu, tiga orang ABK KM.”Anugrah” sibuk bongkar muatan (pisang) dari dalam dek Kapal itu. Seorang ABK lainnya bolak-balik membawa dua tandan pisang dari palka kapal menuju tumpukan tandan pisang.

Aktivitas ABK dalam Kapal itu membuat makin penasaran. Siapa pemilik pisang sebanyak itu. Pisang dari mana. Hendak dibawa ke mana.

Saya dan dua teman Wartawan, Sandro dan Rikard makin merapat ke buritan Kapal. Tanpa diundang, kami naik ke atas Kapal bertemu dengan para ABK. Mereka sedang bongkar muatan.

Kami ingin tahu siapa pemilik pisang sebanyak itu. Pisang itu dari mana. Hendak dibawa ke mana.

Beruntung, seorang ABK bersedia diajak bicara. Namanya Abdulah (52). Abdulah menjelaskan, pisang yang sedang dibongkar itu milik Arifudin. KM Anugrah nuga milik Afufudi. Ada 4 ABK plus sesorang juragan nernama Jufri dari Bari.

“Pisang ini dari Bari. Kami baru tiba. Itu pemiliknya”, kata Abdullah sembari menunjuk ke arah Arifudin yang saat itu ada di atas mobil ekspedisi.

Abdulah tambahkan, perjalanan dari Bari ke Labuan Bajo sekira empat jam. “Tergantung arus dan angin. Kalau arus baik dan angin bagus bisa 3 jam,” tuturnya.

Muatan Kapal itu, kata Abdullah, adalah kelapa biji dan pisang. Bawa ke Sape-Bima Lombok, Sumbawa dan Bali sesuai pesanan.

Mendapat informasi awal dari Abdulah, rasa ingin tahu terkait tumpukan piaamg itu mamin meruncing. Kami lalu pamit turun dari Kapal menemui Arifudin di mobil ekspedisi.

Hari mulai gelap. Sunzet khas Labuan Bajo telah kembali ke prraduannya. Dalam suasana keremangan, kami akhirnya bertemu Afifudin. Ditanya terkait bisnisnya, Afifudin mengatakan, Dia membeli pisang di kebun petani seharga Rp 45.000 – Rp 50.000.

“Yang dapat saya handle sekitar 70% dari seluruh lahan pisang yang ada di sejumlah, yakni Desa Bari . Nangka/Bari, Genang
Harga bervafiasi tergantung pilihan pertani. Kalau piaang diterima di jalan atau di pelabuhan Rp 45.000 -50.000 per tandan,” terangnya.

Arifudin menambahkan, pisang yang sudah dibeli dimuat ke Labuan Bajo. Selanjytnya dimuat dengan mobil ekpedisi fuso ke Bali, Sumbawa, Sape Bima tergantung pesanan.
Sekali muat 400-500 tandan dalam satu minggu. Kadang kala sekali dalam dua seminggu. Sewa muat mobil ekspedisi Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per tandan. Di MTB dan Bali, misalnya, pisang Bari dijual dengam harga 60.000-70.000 per tandan.

Permintaan tinggi

Ayah tiga anak ini mengatakan permintaan pisang di NTB dan Bali sangat tinggi. Dia malah kewalahan memenuhi pesanan pelanggan-pelanggannya di NTB dan Bali.

Di beberapa kota itu, saya sudah ada chanel. Bangun kerja sama. Permintaan mereka besar. Saya malah kewalahan.
Kalau kurang stok di Bari,
saya ambil pisang di Desa Romang, Nggilat, Hita.

Mengatasi permintaan para pelanggan di NTB dan Bali, pria yang hanya berijazah SD itu kini membangun kerja sama kolaborasi dengan para petani di Bari. Dia mendorong petani detempat untuk giat menanam pisang memanfaatkan lahan yang ada.

“Supaya mereka cepat paham, saya sendiri tanam pisang. Bahkan saya membeli tanah kosong seluas tiga hektar. Dan satu bidang tanah lainnya seluas dua hektar. Total lahan saya lima hektar ditanami 1000 pohon pisang. Saya menekuni bisnis pisang ini selama enam tahun terakhir,” tutur Arifudin.

Harapan

Arifudin mengaku para petani di Bari memiiki lahan tapi modal usaha mereka terbatas. Selama ini, kata Dia, hanya petani sawah saja yang mendapat bantuan pemerintah. Karena itu, Dia berharap Pemerintah membantu para petani pisang di Bari.

“Kalau bisa pemerintah bisa bantu petani pisang. Kebanyakan petani punya lahan tapi tak punya modal. Selama ini belum ada sama sekali bamtuan pemerintah. Hanya bantu petani sawah saja. Tujuan saya mau bangun ekonomi para petani pisang di Bari,” tandas Arifudin. ***