“Mungkin ada yang mau beli saya punya tanah. Saya sudah tidak tahan dengan penderitaan ini. Saya berharap mungkin bisa membantu meringankan penderitaan yang saya alami”.

MANGGARAI TIMUR, metro7.co.id – Imelda Done (49), warga Kampung Wae Poang, Desa Bamo, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), sudah empat tahun mengerang kesakitan akibat penderitaan. Mama Imelda adalah seorang janda sejak suaminya meninggalkannya pada 1990 silam.

Kondisi fisiknya saban hari terus memburuk. Perutnya kian membesar. Makan, tidur, buang air terasa sulit. Tidak berdaya. Satu-satunya jalan baginya hanyalah kepasrahan total seraya mendaraskan doa kepada Sang Ilahi. Dia memohon mujizat Tuhan menjamahnya.

Ibu rumah tangga itu juga memohon doa dan bantuan sesama sudi menolongnya. Bagi kita yang berhati tulus ingin membantu Mama Imelda, silahkan menghubungi keluarganya, Maria Dolorosa Owa dengan kontak 082146709216.

Kisah penderitaan mama Imelda berawal pada 2017 lalu. Awalnya ia merasa keram di bagian dalam perut. Kala itu, mama Imelda menganggap sakitnya biasa-biasa saja. Namun, lama kelamaan sakitnya kian parah. Ia sering pingsan.

“Awal tahun 2017, saya merasakan seperti tertusuk-tusuk pada bagian perut. Perut terus membesar. Saya tidak tahu kenapa,” kisah mama Imelda kepada wartawan di kediamannya, di Kampung Wae Poang, Desa Bamo, Sabtu (31/10/2020).

Saat itu, wanita 49 tahun itu tidak putus asa. Ia terus berusaha mencari pengobatan tradisional melalui para dukun yang ada di kampungnya. Namun, tak kunjung sembuh juga.

 

Ke Puskesmas

Didera penderitaan, janda itu terus berjuang dalam kesendirian. Suatu hari, dia mendatangi fasilitas kesehatan di Borong. Konsultasi dengan seorang dokter di sana. Saat itu, dokter menyarankannnya agar segera dioperasi.

“Dokter sarankan saya agar kurangi aktivitas. Dia juga minta saya urus BPJS untuk memudahkan saat ke rumah sakit,” ujarnya.

 

Ke RSUD dr Ben Mboi Ruteng

2018, Mama Imelda memberanikan diri ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ruteng, Kabupaten Manggarai untuk mengecek kesehatan. Dia nekad walaupun seorang diri, hanya bermodalkan kartu BPJS dengan uang seadanya.

“Di mobil, saya tidak tahan duduk karena perut terasa nyeri. Tetapi mau bagaimana lagi. Saya harus jalan. Selama dalam perjalanan dari Kampung Wae Poang menuju Ruteng, saya hanya berdoa mohon kesembuhan,” ucapnya sangat haru.

Setibanya di RSUD Ben Mboi Ruteng, Mama Imelda langsung menemui para medis agar dirinya segera diperiksa. Hasil pemeriksaan Dokter, ia didiagnosa menderita kista.
Dokter kemudian menyarankan ibu janda itu agar pergi ke rumah sakit yang berada di Kupang dan Bali. Mereka beralasan, di RSUD itu tidak memiliki peralatan lengkap untuk operasi Kista.

 

Kembali ke Dukun Kampung

Mendengar anjuran dokter itu. Mama Imelda putus asa dan kembali ke kampungnya. Di sana, dia mencari pengobatan tradisional lagi.

“Saya tidak punya uang yang cukup waktu itu. Kalau operasi mungkin terbantu dengan BPJS tetapi uang tranportasi ke Kupang dan Bali tidak ada,” katanya.

Sampai di kampung, ia mendatangi lebih dari satu dukun sembari berharap kesembuhan. Beda dukun, beda ramuan yang diminum. Gonta-ganti dukun kampung ternyata tidak menyembuhkannya.

Perutnya kian membesar. Nyeri yang ia rasakan kian parah. Di tengah situasi terpuruk itu, Mama Imelda berjuang melawan kista. Ia terus mencari pengobatan tradisional.

“Kadang perut turun sedikit tetapi setelah itu bengkak kembali. Saya baring terus. Tidak bisa paksa. Kalau paksa bisa pingsan,” katanya.

 

Janda Satu Anak

Mama Imelda ternyata dikarunia satu-satunya anak perempuan, Maria Dolorosa Owa (29). Sejak ditinggal pergi sang suami pada 1990 silam, Maria sedang berusia balita. Mama Imelda melewati kehidupannya bersama sang putri semata wayangnya. Kendati terasa pahit menggetirkan, namun dilaluinya dengan penuh sabar dan ketabahan hati.

Setelah menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada 2014 silam, Maria Dolorosa Owa merantau ke Pulau Dewata.

Satu tahun di Bali. Maria kembali ke kampung halaman. Saat itu sang ibunda belum menderita sakit. “Mama waktu itu masih sehat. Beraktifitas seperti biasa. Kerja kebun, tanam padi dan jagung. Kadang pergi kerja orang punya,” ujar Maria Dolorosa.

Itu sebabnya, Maria Dolorosa memilih kembali merantau ke Bali. Baginya, tinggal di kampung halaman membuatnya sulit untuk mengumpulkan uang. Maria Dolorosa mengisahkan, saat berada di Bali, ia mendengar kabar mengejutkan. Ibunda menderita sakit.

“Waktu itu saya mau pulang. Tetapi saya telepon dengan mama supaya nanti dirawat saja di Rumah Sakit. Mama menyarankan saya untuk jangan dulu pulang. Mama masih kuat,” timpalnya.

Maria Dolorosa pun mengganti peran sang ibunda untuk menghidupi keluarga. Setiap bulan ia selalu sisihkan gaji untuk Mama Imelda.

Selama empat tahun Mama Imelda tinggal seorang diri. Ia bahkan tidak bisa membayar iuran BPJS. “Saya sudah tidak bayar BPJS, selain sakit saya juga saya mau membeli kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Demi sang bunda, Maria akhirnya pulang lagi ke kampungnya merawat ibunda tercinta.

 

Tidak Tersentuh Bantuan Pemerintah

Ibu janda. Menderita sakit pula. Tetapi sayang, keluarga miskin itu luput dari perhatian pemerintah. Ibu janda yang menderita itu tidak pernah mendapat bantuan apapun dari Pemerintah Desa, Kabupaten maupun Pemerintah Pusat.

Kini Mama Imelda hanya berharap bantuan kita. Berbagi dari kekurangan kita adalah dambaan ibu janda yang sedang menderita.

“Mungkin ada yang mau beli saya punya tanah. Saya sudah tidak tahan dengan penderitaan ini. Saya berharap mungkin bisa membantu meringankan penderitaan saya,” kata Mama Imelda penuh harap.*