MANGGARAI BARAT, metro7.co.id – Kapolres Manggarai Barat, AKBP Handoyo Santoso, mengunjungi rumah dua ibu janda, Nurbiah (39) dan ibu Nurgaya (36) di Kampung Kenari, Desa Warloka, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Kamis (6/8/2020).

Kunjungan Kapolres Handoyo di rumah itu untuk memberikan bantuan kepada keluarga ibu janda tersebut. Bantuan itu berupa beras sebanyak 100 kg, dua kardus paket sembako, gula pasir, kopi, minyak goreng dan telur ayam dan juga uang tunai.

Kapolres Handoyo didampingi
Kasat Reskrim, AKP Libartino Silaban,SH,SIK. Kasat Sabara, Iptu Markus Malik dan KBO Iptu Muhammad Yakub serta Humas Polres Mabar, Briptu Roberto E.A.Sino.

Kapolres Handoyo meninggalkan Mapolres Mabar sekira pukul 18.20 wita meluncur menuju Kampung Kenari menggunakan mobil Hilux warna merah Nomor plat EB 1988 PS diapiti dua mobil lainnya, mobil Kasat Reskrim AKP Libartino Silaban,SH,SIK dan mobil Patwal Kasat Sabara, Iptu Markus Malik.

Tiba di kampung Kenari sekitar pukul 19.00 wita. Kapolres Handoyo langsung menuju rumah panggung menemui kedua ibu janda tersebut.

Kapolres Handoyo menyerahkan langsung bantuan tesebut kepada ibu Nurbiah dan ibu Nurgaya di rumah panggung yang hanya diterangi lampu tempel minyak tanah.

Tidak banyak hal yang dusampaikan Kapolres Handoyo kepada kedua ibu janda itu.

“Semoga bantuan ini meringankan beban ibu dan anak-anak,” ujar Kapolres singkat.

Ibu Nurbiah mengucapkan terimakasih kepada Kapolres Handoyo. “Terimakasih, bapa. Kami doakan dalam sholat untuk kebaikan bapa,” ujar Ibu Nurbiah.

Usai memberikan bantuan tersebut Kapolres Handoyo dan rombongan mohon pamit dengan kedua ibu janda itu. Kembali ke Labuan Bajo sekitar pukul 19.20 Wita.

Ikut dalam rombongan Kapolres Mabar, empat wartawan dari Labuan Bajo yang telah memberitakan keberadaan keluarga ibu janda tersebut.

Berita metro7.co.id berjudul “Kisah Tentang Dua Janda Satu Rumah Anak Pemulung Sampah, Ibu Penjual Kayu Bakar” mengangkat fakta tentang penderitaan yang dialami keluarga ibu janda tersebut.

Satu rumah dua keluarga. Nurbia (39) dan Nurgaya (36). Dua ibu janda beradik-kakak kandung. Suami masing-masing ibu janda itu telah meninggal dunia. Total 11 jiwa menghuni rumah panggung yang beratap sink. Tujuh orang penghuni rumah itu penyandang disabilitas (tuna netra) Ibu Nurbia dan ketiga anaknya. Ibu Nurgaya dan kedua anaknya tuna netra.

Pemulung Sampah

Adalah Dirwan (14) dan Wildan (11) dua putra ibu Nurbia serta Hadirat (15) putra ibu Nurgaya menjadi tulang punggung kelurga menggantikan peran ayah mereka yang telah pergi selamanya. Ketiga bocah laki-laki itu masih duduk di bangku sekolah. Namun demi keluarga dan masa depannya, Diwan dan Wildan terpaksa jadi pemulung sampah dan penjual kayu bakar. Sementara Hadirat jadi buruh harian di berbagai proyek. *