MALAKA, metro 7.co.id  – Kelompok kerja ( pokja ) pencegahan dan pengobatan stanting atau keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada balita atau anak akibat kekurangan energi kronis yang lama,maka dinas kesehatan propinsi nusa tenggara timur terus melakukan sosialisasi lintas sektor dan instansi terkait pada dua kabupaten, yakni malaka dan belu dalam rangka menekan tren angka stanting yang semakin meningkat setiap tahun khususnya di kabupaten Malaka.

kita melalui pokja pencegahan dan pengobatan stanting dinas kesehatan propinsi nusa tenggara timur, terus bekerja ekstra demi menekan angka stanting di dua kabupaten, yakni belu dan malaka dengan terjun langsung ke keluarga untuk memastikan apa yang menjadi faktor utama dalam keluarga yang anak atau balitanya mengalami stanting ini.

” Hal ini di ungkapkan oleh ketua panitia pelaksanaan sosialisasi pencegahan dan pengobatan lintas sektor pada dua kabupaten yakni belu dan malaka Charly haer selaku pengelola gisi dinas kesehatan NTT ketika di wawancarai metro7 di aula lantai dua hotel cinta damai kabupaten malaka”, Rabu (30 /9/ 2020).

lebih lanjut charly menjelaskan bahwa kami dari dinas kesehatan propinsi NTT menjalankan program pencegahan stanting di malaka dengan memberikan bantuan kepada ibu hamil KEK atau ibu hamil yang kekurangan energi kronis, juga kami memberikan PMT kepada balita gisi kurang dan kami juga memberikan penangan kepada balita gisi buruk yang di rawat tuturnya.

” Ia menjelaskan bahwa malaka memilik TSC betun, dan di kabupaten Malaka sendiri memiliki kurang lebih 300 anak gisi buruk dan kita sudah menyiapkan perawatan baik itu rawat nginap maupun rawat jalan”, pungkasnya.

chary mengungkapkan bahwa mengapa stanting di kabupaten Malaka merupakan kabupaten yang stantingnya tertinggi di antara 5 kabupaten di NTT,  karna menurutnya ada pada faktor pola asuh anak. sementara untuk asupan makanan dan vitamin alami menurutnya, malaka merupakan daerah pertanian yang subur yang merupakan lumpung pangan NTT. sehingga menurutnya faktor utama terjadi lonjakan stanting di malaka karna faktor pola asuh dari orang tua keluarga, tandasnya.

” lebih lanjut charly menjelaskan bahwa faktor utama dari stanting adalah karna dampak dari kekurangan asupan makanan dan pola asuh keluarga. sehingga awal sebelum di kategorikan dalam stanting, pertama karna terjadi kurang gizi dan lama kelamaan meningkat menjadi Gizi buruk dan akan menjadi kronis sehingga terjadilah stanting itu”, tuturnya.

Ia menjelaskan bahwa dari 20 puskemas di malaka 5 di antaranya merupakan wilayah yang memiliki data tertinggi stanting yakni puskemas weoe, puskemas tafuli, puskemas Weliman, puskemas betun dan puskemas seon, pungkasnya.

” charly menambahkan bahwa dengan kita melakukan belusukan ke rumah-rumah yang anaknya mengalami stanting, maka kita kembali dan menyusun strategi sehingga bagaimana cara menurunkan angka stanting di malaka. tentunya dengan cara memberikan edukasi melalui tenaga gizi dan kesehatan kepada keluarga yang balita atau anaknya mengalami stanting dengan melakukan dor tu dor”, tuturnya.

Ia menghimbau kepada petugas medis khususnya adik-adik Gizi setiap puskemas di malaka, untuk selalu dan senantiasa meluangkan waktu untuk mendatangi rumah keluarga yang mengalami gizi buruk dan stanting, untuk memberikan edukasi dan pencerahan kepada keluarga dengan memberikan asupanan makanan serta pola asuh yang baik kepada anak atau balita, tuturnya.

kalau dilihat dari grafik tahun 2019 sejak agustus hingga februari 2020 malaka justru mengalami penurunan gizi buruk anak atau balita namun pada periode kedua februari sampai agustus 2020 mengalamai kenaikan dan menjadi sampel tertinggi angka stanting ada pada wilayah kerja puskemas Weliman, pungkasnya pengelola gizi dinas kesehatan propinsi NTT.

” Charly lebih lanjut menjelaskan bahwa, mengapa angka stanting tertinggi di 22 kabupaten di NTT, ketika kami melakukan indep bulan juli sebagaian anak-anak di titipkan kepada nenek atau keluarganya karna orang tuanya merantau”, tuturnya.

Menurutnya, stanting itu terjadi karna sejak ibu hamil mengalami kekurangan energi kronis dan tidak di tangani sampai dengan melahirkan bai tersebut dengan berat badan rendah. dan ketika usia 0 sampai 6 bulan tidak di berikan asi ekslusif sehingga lama kelamaan bai tersebut akan mengalami gizi kurang dan akan berkepanjangan dan mengalami gizi buruk dan pada tingkatan klimaks adalah terjadi namanya stanting, pungkasnya.

” charly menambahkan bahwa, kita menggunakan indikator untuk mengetahui target kita dalam menangani stanting. dan kita melihat dari 16 indikator yang kita pasang kepada dua kabupaten ini, justru kabupaten belu yang menunjukan ada ketercapaian di dalam 16 indikator lewat pencatatan dan pelaporan angka stanting misalnya pemberian makanan tambahan pada ibu hamil dan balita ( PMT ) namun kabupaten malaka tidak mencapai target, asi eksklusif dan pemberian table tambah darah bagi ibu hamil juga tidak mencapai target dan ibu hamil KET juga malaka tidak mencapai target pada tahun 2019, pada saat kita melakukan evaluasi”, pungkasnya.

yang dicapai oleh teman-teman di malaka sesuai target 16 indikator secara nasional pada satu indikator saja, yakni pada target indikator  asi ekskusif dan tablet remaja putri sedangkan indikator yang lain tidak mencapai target, imbuhnya.**