LABUANBAJO, metro7.co.id – Bupati Manggarai Barat, Agustinus Ch Dula merilis data stunting (gizi buruk) di Kabupaten Premium itu. Ia merincikan, dari 164 desa dan 5 kelurahan di 12 kecamatan se-Kabupaten Manggarai Barat, prevalensi stunting pada balita ada 73 desa/kelurahan (43,20%) di atas 20% atau berada di atas batas kategori aman ( ≥ 20% kronis).

“ini berarti ada 43,20% yang memiliki masalah kesehatan masyarakat yang harus diwaspadai. Kategori sedang dengan prevalensi 10-20% sebanyak 38 desa (22,49%). Kategori ringan dengan prevalensi 5-10% sebanyak 26 desa (15,38%). Kategori sangat ringan sebanyak 32 desa (18,93%) karena data e-PPGBM bersifat dinamis,” ungkap Bupati Gusti Dula.

Agustinus menjelaskan, faktor determinan penyebab stunting dapat dianalisa dari tindakan atau intervensi yang akan dilakukan oleh Puskesmas dan intervensi sensitif oleh OPD terkait.

“Adapun faktor determinannya dari balita yang bermasalah gizi adalah 317 balita tidak memiliki Jaminan Kesehatan. 25 balita tidak ada air bersih.
89 balita pernah mengalami kecacingan. 59 balita tidak mempunyai jamban sehat. 7 balita belum Imunisasi lengkap. 560 anggota rumah tangga balita masih merokok, 149 ibu balita sewaktu hamil KEK, dan 17 balita yang bermasalah gizi mempunyai penyakit penyerta,” jelas bupati dua periode tersebut.

Faktor deteriminan tersebut belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya karena terdapat beberapa Puskesmas yang tidak melakukan pendataan faktor determinan.

Bupati menegaskan gambaran realita di atas, menunjukkan masih banyak hal yang perlu kita benahi. Kegiatan pelatihan pada hari ini sebagai salah satu langkah dalam mengatasi penyebab stunting terkait peningkatan kapasitas petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil pengukuran status gizi balita pada Agustus 2020 di Kabupaten Manggarai Barat melalui aplikasi EPPGBM secara by name by address dari sasaran balita sebanyak 22.850 anak balita. Jumlah balita yang diukur antropometri sebanyak 21.928 (95,96%).

Didapatkan prevalensi angka stunting pada balita sebesar 17,3 % (3.788 anak). Sedangkan prevalensi stunting baduta (bayu di bawah dua tahun) sebesar 13,48 % (1.259 anak).

Penimbangan pada Februari 2020, prevalensi stunting menurun sebesar 19,1% (4.040 balita) dan 16,05 % (1.479 Baduta) dengan jumlah balita yang diukur sebanyak 23.384 balita (100%) dibandingkan prevalensi stunting 19,6 % pada balita dan 15,39 % pada baduta tahun 2019 (sumber data e-PPGBM diunduh tanggal 21 November 2020)

Bupati Gusti Dula membeberkan data stunting itu saat meresmikan Stunting Center of Excellence (CoE) di Puskesmas Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT, Senin (24/11).

Hadir dalam peresmian itu,
Kepala Pusat Penelitian dan Pengambangan Kementerian Kesehatan, Doddy Izward, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Melki Laka Lena dan Presdir PT. Roche Indonesia, Dr. AitAllah Mejri.

Peresmian Stunting CoE tersebut disaksikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat, Paulus Mami, SKM, Kepala BP4D, Fransiskus S.Sodo, Kepala Puskesmas Labuan Bajo, Paulus Vincent, S.Kep dan Lucia Erniawati, Zack Petersen.

“Terima kasih kepada Yayasan Seribu Cita Bangsa yang akan menginisiasi kegiatan ini. Kegiatan ini melengkapi kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan,” ujarnya.

Bupati pada kesempatan ini mengajak petugas yang mengikuti pelatihan ini untuk mengikuti dengan sungguh-sungguh. “Semoga semua usaha dan niat luhur kita dalam mewujudkan upaya penurunan stunting di Kabupaten Manggarai Barat bisa diwujudkan,” harapnya.

Sementara itu perwakilan dari Roche Indonesia Lucia Erniawati, menjelaskan keterlibatan media dalam prorgam ini akan berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran mengenai bagaimana pelatihan dan penggunaan sarana/ alat yang terjangkau dan terukur dapat memberikan dampak yang berkelanjutan.

Lucia menjelaskan Roche dan 1000 Days Fund berkomitmen untuk mengembangkan dan menyampaikan solusi yang terjangkau dan terukur di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diharapkan nantinya dapat dikembangkan di daerah lain juga.

“Kegiatan kami disiapkan untuk menghasilkan suatu peta jalan untuk sebuah pendekatan multi-sektoral yang komprehensif, untuk pencegatan stunting melalui kemitraan dengan lembaga-lembaga pemerintah yang terkait,” katanya

Impact Stunting Center of Excellence ini berfungsi sebagai sebuah pusat pelatihan dimana para bidan dan petugas kesehatan masyarakat yang telah diseleksi akan dilatih dan diberi alat ajar berbasis bukti sebelum mereka kembali ke pusat layanan kesehatan dan rumah sakit tempat mereka bekerja, untuk memberi pelatihan, membagikan pengetahuan, alat dan teknologi secara langsung kepada para relawan kesehatan desa dan masyarakat.

“Tujuan dari CoE ini adalah untuk mengaplikasikan pengetahuan dan bukti dalam tindakan nyata di lapangan guna mendukung upaya pencegahan stunting. Pendekatannya secara keseluruhan adalah dengan memberi informasi, melibatkan dan melengkapi petugas nakes dan kader dengan alat yang praktis untuk dapat mencegah stunting secara efektif,” jelasnya

Bersama Roche dan dengan melibatkan Pemerintah setempat, 1000 Days Fund menerapkan pengalaman lapangan, bukti dan cara terbaik dalam mengintegrasikan Puskesmas, Posyandu dan Kader untuk memperkuat upaya pencegahan stunting di garis terdepan.

“Strategi kami adalah memperkuat relasi dengan para pemangku kepentingan utama serta memberikan solusi berbasis bukti kepada masyarakat yang paling rawan terdampak di bagian Timur Indonesia. Ini merupakan upaya terarah untuk perbaikan dari sisi supply and demand dengan potensi dampak yang signifikan dalam jangka pendek,” ucapnya.

Lucia menegaskan Impact Stunting Center of Excellence ini berperan sebagai pusat teknologi-testing dan distribusi alat bantu baru dan inovatif untuk pencegahan stunting. CoE ini juga menyediakan ruang fisik bagi para peneliti untuk menerjemahkan temuan-temuan mereka menjadi solusi di lapangan.

Keterampilan bidan dan para petugas kesehatan di garda terdepan dari seluruh propinsi mendapatkan pelatihan yang inovatif dan kesempatan berbagi serta penguatan sistem para pembuat kebijakan dan influencer dapat menjadikan CoE sebagai wadah pembelajaran stunting, pemberdayaan perempuan, distribusi dana desa dan transparansi data. *