Ratusan Babi Mati Terkapar, Diduga Terpapar Bakteri Streptococcus
MANGGARAI BARAT, metro7.co.id – Kepala Desa Galang, Ari Samsung, melaporkan berita duka yang memilukan peternak. Dilaporkan, ratusan ekor babi yang diternak warga di desanya mati terkapar selama kurun waktu tiga bulan belakangan.
Kasus kematian ternak babi terparah terjadi di Dusu Weto, Desa Galang, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Kepala Desa Galang, Ari Samsung kepada metero7.co.id mengaku, ratusan ekor babi di desanya mati sia-sia. “Di Dusun Weto, sudah 100 lebih ekor yang mati. Babi besar maupun yang kecil. Sedangkan di Dusun Pau, sudah ada beberapa ekor. Dan trend kematian babi malah meningkat,” tulis Ari pada pesan WhatsApp, Kamis (29/10/2020).
Kades Ari Samsung melaporkan, dua ekor babi yang diternaknya di kandang, juga mati. Padahal dia sudah melakukan vaksin, penyemprotan kandang. Suplay vitamin tidak kurang.
“Saya punya ada 2 ekor babi induk besar yang mati. Pembersihan kandang dilakukan tiap 2 hari. Vaksin, vitamin sudah diberikan.
Tetapi tetap terserang penyakit. Saya tidak tenang saat ini, karena takutnya merambat ke babi-babi yang lain,” kata Ari.
Dia menjelaskan, kasus kematian babi secara massif di desanya belum diketahui apa penyebabnya. Apakah karena virus atau bakteri. Belum terdeteksi.
“Kami belum mendapat penjelasan resmi dari Poskeswan Kecamatan Welak. Sejak terjadinya kasus kematian babi, kami dari Desa telah meminta penanganan teman- teman Poskeswan Welak untuk vaksinasi atau intervensi sejenisnya. Namun sampai dengan saat ini, belum ada tanda-tanda perubahan membaik,” terangnya.
Menurut Ari, hal ini tentu membuat masyarakat pemilik ternak di desanya menjadi tidak tenang. Ari berharap, instansi terkait segera turun tangan menangani kasus yang meresahkan warganya.
“Kami berharap Dinas Peternakan turun tangan memberikan penanganan secara berkala. Kita selamatkan yang masih tersisa. Karena kami melihat, belum ada tanda- tanda turunnya angka kamatian babi ini di desa Galang,” pintanya.
Reaksi cepat menanggapi jeritan para peternak babi di wilayah itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Manggarai Barat, drh Ney Asmon bersama petugas peternakan melakukan penelusuran ke lapangan. Hasil penelusuran dijelaskan bahwa kasus kematian babi di sejumlah desa dan kecamatan di Manggarai Barat bermula dari kepanikan peternak menjual babi sakit yang sedang dalam perawatan petugas.
Diduga, penyebab kematian ternak babi yang terjadi di Kabupaten Mabar karena terserang bakteri Streptococcus. Sementara ini, kata Dia, bakteri tersebut sedang mewabah di sejumlah desa di lima kecamatan di Kabupaten Mabar dengan klinis yang sama.
“Sample yang dkirim ke Bali hasilnya negatif Virus ASF (African Swine Fever). Diduga bakteri Streptococcus,” ujarnya. Ia menambahkan, African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika adalah penyakit baru yang sedang mewabah. Mabar, kata Dia, masih bebas dari hasil surveilance Denpasar.
Ney Asmon mengatakan, informasi tentang kematian babi di Desa Galang, diketahuinya dari status facebook dua minggu lalu. Mendapat informasi tersebut, petugas dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan langsung turun investigasi ke lokasi. Dari penelusuran ke sejumlah warga yang sudah terjadi, petugas tidak bisa mengidentifikasi penyebab kematian babi.
“Tetapi kondisi saat ini, sedang terjadi wabah yang diduga bakteri Streptococcus di beberapa desa di Kecamatan Komodo, Lembor, Lembor Selatan, Welak dan Sano Nggoang,” kata Ney Asmon melalui pesan WhatsApp, Jumat (30/10/2020) pagi.
Ney Asmon menjelaskan, peralihan cuaca saat ini, ternak lebih rentan terkena penyakit. Pada ternak babi, ada banyak penyebab kesakitan dan kematian, yakni karena virus, bakteri, parasit dan penyakit metabolism lainnya.
Dia merincikan, kasus kematian babi pertama kali di Manggarai Barat terjadi di Kampung Watu Langkas, Desa Nggorang, Kecamatan Komodo pada Agustus 2020 lalu. Hasil penelusuran petugas peternakan, kasus tersebut bermula dari “julu babi sakit” Limbah cucian sisa makanan daging babi sakit kemudian diberikan ke babi yang sehat. Namun karena dlaporkan cepat ke petugas peternakan sehingga segera ditangani.
“Selanjutnya pada September 2020, kasus kematian babi juga terjadi di Kecamatan Lembor. Oktober 2020 terjadi di Lembor Selatan dan minggu ini di Desa Golo Leleng, Kecamatan Sano Nggoang dengan gejala klinis yang sama.
Ditanya soal penanganan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan terkait temuan kasus kematian babi di lima kecamatan tersebut, Ney Asmon mengingatkan warga agar segera melaporkan kepada petugas agar segera mendapat penanganan petugas lapangan.
“Laporan warga langsung ke petugas sebenarnya sangat membantu kami untuk penelusuran, tindakan pengendalian, pengobatan dan pencegahan penularan ke populasi dan wilayah lainnya.
Untuk pengobatan penegakan diagnosa, penting untuk dilihat gejala klinis. Bahkan jika mati petugas akan membedah bangkai, melihat patologi, anatomi organ, dan pengambilan sample untuk didiagnosa lebih lanjut di laboratorium,” jelasnya.
Dijelaskan, dari sharing pengalaman di lapangan, selain sanitasi kandang, pemberian probiotik sangat membantu ketahanan tubuh ternak. *