MAYBRAT, metro7.co.id – Pemerintah Kabupaten Maybrat Papua Barat mulai mengaktifkan kembali pendidikan budaya orang Maybrat yang dikenal dengan sebutan Wofle atau Wuon setelah vakum puluhan tahun, ajaran pembinaan berbasis budaya ini diaktifkan kembali dengan tujuan dapat diteruskan secara turun temurun bagi generasi Maybrat.

Bupati Bernad Sagrim berkomitmen bahwa Pemerintah Kabupaten Maybrat akan terus memberikan dukungan penuh secara moril maupun materi terhadap jalannya proses pendidikan Wofle ini sampai selesai sesuai jangka waktu yang ditentukan oleh masing-masing perguruan.

Hal itu disampaikan Sagrim saat didampingi sejumlah pejabat dan para tokoh ketika mengunjungi lokasi dimana diadakannya proses pendidikan tersebut di Kumurkek, Senin (10/5).

“Pendidikan budaya ini akan didukung penuh oleh pemerintah Maybrat, kita akan dukung dalam bentuk logistik maupun uang untuk mereka beli perhiasan dan lain lain hingga proses pendidikan ini selesai,” kata Sagrim.

Menurut Sagrim, didikan Wofle memiliki peranan penting karena membentuk karakter serta integritas pribadi orang Maybrat yang patut dilestarikan dan diwariskan ke generasi.

Sehingga diharapkan Bupati, setelah angkatan pertama yang berlangsung di wilayah Aifat Raya yakni Ayawasi dan Kumurkek, kedepan harus dijadwalkan lagi pelaksanaannya untuk seluruh wilayah Maybrat seperti Ayamaru Raya dan Aitinyo Raya.

“Jadi tahap pertama ini jalan dulu di wilayah Aifat Raya Kumurkek dan Ayawasi, supaya nanti ini selesai sambil kita siapkan kelas berikut untuk Ayamaru dan Aitinyo, jadi ini murni dari pemerintah Maybrat,” ujar Sagrim.

Menurutnya, pendidikan sakral yang mulai diterobosi kembali dalam masa kepemimpinannya ini diharapkan menjadi sebuah langkah positif yang patut dicontohi oleh seluruh kepala daerah di tanah Papua sesuai dengan khasanah budaya setempat masing-masing agar tidak hilang karena dipengaruhi budaya asing yang datang.

“Ini seluruh tanah Papua yaa, Saya Bernad Sagrim yang petama kali berani untuk menghidupkan kembali pendidikan inisiasi ini, karena ini sudah kita orang papua punya pendidikan asli ini, tidak ada orang baca Alkitab waktu itu, tidak ada orang tau hamba Tuhan waktu itu, tidak orang tau rumah sakit waktu itu, semua itu sumbernya ada disini dan dari sini,” jelasnya.

Sagrim juga menegaskan bahwa pemerintah akan terus melakukan pemantauan rutin dari luar terhadap para guru maupun peserta didik yang mengikuti proses pembinaan, dan akan diwisudakan secara adat dalam bentuk perayaan festival bersama yang langsung diselenggarakan oleh pemerintah Maybrat.

“Ini nanti ada satu event terakhir yang mereka akan demonstrasikan disitu akan kita lakukan sama-sama dan kita tunjukkan, karena pesta ini tidak sembarang, jadi nanti ada momen itu saat selesai. Ini kan sama saja macam orang wisuda ada bikin acara, nanti kita bikin acara, intinya kami akan terus pantau juga supaya pendidikan ini bisa diselesaikan dengan baik,” beber Bupati.

Terpisah, Pastor Paroki Ayawasi Markus Malar, OSA menambahkan bahwa pendidikan Wofle sesungguhnya memiliki ilmu kosmik maupun mistik spiritual yang secara mata rohani adalah sama dan sejalan dengan para imam gereja, dimana ilmu yang di ilhami oleh sang Pencipta alam semesta adalah sama prinsipnya, meskipun dengan cara yang berbeda-beda namun tetap sejalan demi memajukan moralitas dan keselamatan jiwa umat manusia.

“Intinya ini adalah secara spiritual, secara kerohanian saya melihat ini bagian dari cara kerja Allah menyatakan dirinya melalui roh bahwa roh itu dia melampaui segala ruang dan waktu, tak terikat oleh orang tertentu, tak terikat pada budaya tertentu, dan dia bisa masuk kepada setiap budaya, ini adalah karya roh termasuk di tempat ini oleh para leluhur,” kata Malar.

Dirinya berharap, diakhir masa bimbingan nanti, para guru serta murid yang dididik harus kembali dengan baik dan selamat serta memiliki ilmu yang matang untuk kemudian akan dipancarkan kepada seluruh umat manusia yang mendiami di Tanah Maybrat.

Seperti diberitakan sebelumnya, pendidikan ini diadakan di dua tempat yang berbeda yakni Ayawasi dan Kumurkek, diamana Ayawasi ada 17 guru dan 19 murid binaan, sementara di Kumurkek sendiri ada 14 murid didikan dan 17 didikan. Sedangkan waktu yang dibutuhkan selama pendidikan tersebut pun berbeda, Ayawasi 9 bulan sementara di Kumurkek akan berlangsung selama 6 bulan. ***