MAYBRAT, metro7.co.id – Pemerintah Kabupaten Maybrat, belum ada upaya memperbaiki jalan Tahsimara-Fuog Selatan sepanjang enam belas kilometer yang rusak.
Akibatnya, warga tiga kampung yakni kampung Fuog, Fuog Selatan dan Sanem harus menggunakan perahu motor tempel yang memakan waktu 1 sampai 2 jam lamanya.

“Jalan dari Tahsimara ke Fuog Selatan itu dikerjakan pemerintah Sorong Selatan tabun 2009 seharusnya pemerintah kabupaten Maybrat melakukan peningkatan dan pengaspalan, hanya peningkatan tahun 2016 sampai saat ini tidak dilalui kendaraan roda dua dan empat sejak 2018 lalu,” kata Kepala Kampung Fuog Selatan Abner Tamunete Rabu, (9/6).

Hal itu disampaikan menanggapi tuntutan warga di Fuog raya atas insiden korban jiwa 2 orang beberapa waktu lalu di sungai Kamundan.

Menurut Abner Tamunete yang didampingi kepala kampung Fuog, Yermias Tamunete dan kepala kampung Sanem mengutarakan kami juga sebagai warga Maybrat yang pantasnya mendapat perhatian yang sama seperti wilayah lainnya.

“Jalan itu sudah tidak digunakan sejak tahun 2017 sampai saat ini. Kami hanya butuh jalan agar tidak ada korban lagi karena belah sungai Kamundan,” harapnya.

Berdasarkan keterangan dari tiga kepala kampung tersebut bahwa warga berharap, daerah mereka butuh sentuhan pembangunan jalan sehingga memudahkan dan mendukung akses layanan pendidikan kesehatan dan peningkatan ekonomi rakyat diwilayah itu berjalan baik.

Karena itu, kata dia, apabila ada masyarakat yang sakit dan perlu melakukan upaya berobat ke rumah sakit harus menumpang perahu motor tempel (kentinting) padahal disini juga ada Pustu tetapi tidak ada petugasnya.

“Dengan naik perahu sangat lama perjalanannya bisa capai 1 sampai 2 jam itu sampai di jembatan Kamundan baru ganti kendaraan ke Kumurkek sedangkan lewat jalan darat kan hanya sekitar 40 menit saja sudah sampai di Kumurkek ibu kota kabupaten Maybrat,” ucapnya.

Di wilayah ini juga menurutnya terdapat beberapa sekolah 6 kelas di mana hanya ada 3 guru pegawai negeri dan 3 guru honor dari Pemda Maybrat ketika guru ada urusan dinas pasti ke Sungai Kamundan dengan menggunakan perahu.

“Kami kuatir karena ada empat tempat yang sangat rawan karena arus terputar yang pernah ada 2 korban di tahun 2019 dan 4 korban sebelumnya,” akuinya.

Dirinya berharap pemerintah daerah kabupaten Maybrat perlu perbaikan jalan yang sudah ada termasuk tempatkan petugas pustu agar petugas ada untuk melayani masyarakat dengan baik. Padahal kata dia, akses jalan itu dapat mempermudah akses pelayanan pendidikan, kesehatan dan pergerakan ekonomi rakyat terlebih penyerapan penggunaan dana kampung.

“Kondisi jalan yang rusak biaya akomodasi perahu sungai Rp, 200 perorang dan transportasi bahan bangunan dengan dana desa begitu membengkak belanja dari Sorong dengan truk sampai di sungai Kamundan, biaya transportasi sungai dan sampai ke tempat tujuan harus biaya tenaga angkut ke kampung,” tandasnya.  ***