MAYBRAT, metro7.co.id – Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Maybrat Papua Barat gandeng akademisi Fakultas Kehutanan Universitas Papua (UNIPA) Manokwari menggelar sosialisasi di Sekertariat Kantor Bupati.

Kegiatan sosialisasi yang bertemakan Pengendalian lingkungan hidup dan pengelolaan persampahan di tanah Maybrat ini, dibuka oleh Bupati Bernad Sagrim melalui Staf Ahli Bidang Keuangan Melianus Wafom. kemudian lanjut dengan pemaparan materi oleh narasumber Agustinus Murjoko dan Donny Ariston Jitmau.

Usai kegiatan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Maybrat Hendrikus Susim saat ditemui awak media menuturkan bahwa kegiatan tersebut bukan sekedar sosialisasi semata namun dari hasil diskusi itu menjadi acuan juga dalam menentukan arah kebijakan pembangunan yang tentunya berwawasan lingkungan, termasuk pengelolaan sampah.

“Sosialisasi ini dilakukan di Maybrat, karena kabupaten relatif baru, sudah tentu akan ada kebijakan pembangunan yang mengorbankan sumberdaya alam kita di wilayah Maybrat. Jadi sosialisasi ini kita lakukan kepada masyarakat terutama pelaku usaha supaya arah kebijakan yang diambil kedepan saling menguntungkan kedua pihak,” kata Susim, Rabu (30/10).

Ia mengatakan, demi menertibkan dan menentukan arah kebijakan pembangunan yang tidak berdampak pada lingkungan ataupun mengorbankan masyarakat, pihaknya hingga saat ini terus melakukan kerjasama dengan cabang Dinas Kehutanan (CDK) Maybrat

“Puji Tuhan kemarin kita sudah kerjasama dengan CDK, kita ajukan program ke pak Bupati, beliau sudah meresponnya, mudah-mudahan tahun 2021 sudah bisa berjalan baik,” terang dia.

Sementara, selaku akademisi Agustinus Murjoko menambahkan bahwa konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan sebenarnya sudah dimiliki secara tradisional oleh masyarakat Maybrat pada umumnya, tinggal bagaimana diangkat dan dipadukan dengan dialektika pembangunan di era sekarang ini

“Jaman dulu pengelolaan-pengelolaan secara tradisional mereka sudah tau, misalnya pembukaan kebun dan sebagainya di mereka saat itu sudah ada aturannya, ada caranya yang biasa disebut dengan kearifan lokal,” katanya.

Namun di era modern ini harus kembali dibangkitkan,  jadi di era modern ini diharapkan generasi sekarang harus mempunyai konsep itu.

“Jadi ini sebenarnya kita hanya membangkitkan saja kembali bahwa dulu sudah ada,  kita harus lebih tau lagi karena jangan terlena dengan antusiasme pembangunan tapi tidak mempertimbangkan konsep-konsep wawasan pembangunan yang berbasis kearifan lokal atau tradisional,” pungkasnya. ***