SUNGAI PENUH, metro7.co.id – Nilai tokoh politik tentang perhatiannya terhadap masyarakat Kota Sungai Penuh dapat diukur pada pergerakannya, baik itu musibah bencana, ekonomi dan lain sebagainya.

Bukan hanya acara atau kegiatan kelompok untuk menarik simpatisan agar terlihat tran, tapi keseriusan perhatian terhadap kondisi masyarakat yang utama.

Pandangan ini dilihat pada momen bencana melanda Kota Sungai Penuh. Artinya tidak berbicara pada konteks agenda lain.

Namun, tanggapan ini dapat menjadi pertanyaan ke manakah tokoh politik Fikar Azmi, Alpin, Pusri Amsi waktu itu. Peran ini bukan hanya berlaku pada tanggung Jawab Pemerintah Daerah saja, tapi perhatian atau beban tokoh politik itu juga diperlukan.

Ketika berbicara perhatian tidak bisa diukur dengan kata kata saja, tapi pergerakannya yang diperlukan, minimal mencari jalan keluar atau melihat secara langsung kondisi yang di derita masyarakat luas.

Begitupun Wakil Walikota Sungai Penuh, Alvia Santoni saat itu juga dinilai kurang gencar melihat kondisi masyarakat saat tragedi banjir dan longsor di Kota Sungai Penuh.

Lalu, apa yang dilakukan ke empat tokoh pada saat tragedi banjir parah yang disertai longsor yang mulai pada Januari 2024 lalu.

Selain kritik, adakah sumbangsih atau tenaga pikiran yang dikeluarkan saat itu. Meski kini para tokoh ini berlomba lomba menggunakan strategi kontes politik Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Sungai Penuh.

Hal ini tertera pada publik dan menjadi pertanyaan atau acuan sejauh mana kecemasan terhadap kondisi masyarakat tentang bencana.

Di sisi lain, masyarakat membutuhkan, hal ini bukan sebagai pembanding dan perbedaan melainkan fakta yang dapat diungkap kembali bahwa para tokoh yang disebut adalah mantan Pejabat Daerah yang dahulunya memiliki urusan untuk masyarakat.

Beda halnya dengan Walikota Sungai Penuh, Ahmadi Zubir waktu itu yang selalu sibuk di tengah terjangan banjir dan melihat kondisi masyarakat serta ikut membantu termasuk menyalurkan bantuan.

Fakta, gerakan yang dilakukan merupakan tanggung jawabnya, meski kala itu nyawa yang menjadi taruhannya demi korban banjir namun tampak tidak ada kata mundur sedikitpun.

Menurut Mahasiswa Universitas Jambi Egil, pandangan nyata ini merupakan penilaian, yang faktanya bahwa menyentuh masyarakat secara langsung adalah tugas mutlak para tokoh. Terlepas dari tujuan pada konteks ajang Pemilihan Kepala Daerah, yang terpenting ialah nilai kedekatan terhadap masyarakat yang disertai melihat kondisi itu yang diperlukan.

“Meski bencana di Kota Sungai Penuh telah berlalu, kita tidak bermaksud untuk mempertanyakan hal demikian atau mengukur integritasnya. Saat itu memang kondisi memang memerlukan para tokoh, tetapi tidak terlihat gencar. Cari simpatisan saat ini mereka gencar, tapi disayangkan kala itu mereka tidak terlihat muncul. Hal ini juga memiliki pengaruh pada kontes mereka, masyarakat menilai tentang kondisi bencana sedangkan mereka tidak terlihat saat itu, pertanyaannya sejauh mana loyalitasnya,” ujarnya, Sabtu (28/9).

“Hal ini tidak termasuk mengkait kaitkan urusan politik Pemilihan Kepala Daerah, tapi sudah terlihat jelas keseriusan siapa yang serius untuk masyarakat. Selain itu bahkan menjadi bahan acuan kedepannya termasuk masukkan atau kritikan. Jika 3 tokoh Politik, termasuk mantan Wakil Walikota Antos, yang saat ini keempatnya juga merupakan Paslon Walikota turun tangan alangkah lebih bagus artinya tampak memiliki kecemasan terhadap masyarakat,” jelasnya.

“Di sisi lain berbeda dengan Ahmadi Zubir sewaktu ia menjabat, ia tampak aktif dari pagi hingga malam hari membantu para korban banjir kala itu. Hal ini merupakan penilaian masyarakat terhadap tokoh politik,” tambahnya.

Kondisi sekarang tokoh tokoh yang disebut hanya sibuk dengan urusan kontes politik, namun pasca bencana banjir melanda Kota Kita dulunya ada yang menonjolkan rasa keprihatinan ada yang tidak.

“Namun sekarang ini mereka tetap dinilai sejauh mana kepeduliannya terhadap masyarakat baik itu tentang bencana, pasar dan lainnya, meski berada pada panggung kontes politik,” tutupnya.