SUNGAI PENUH, metro7.co.id – Peluang menang petahana pada Pemilihan Walikota (Pilwako) Sungai Penuh, 27 November mendatang cukup besar.

Menurut Pengamat Politik, Citra Darminto, Dosen Ilmu Politik dan Pemerintahan di Universitas Jambi mengatakan, Ahmadi Zubir yang merupakan petahana dalam pemilihan kepala daerah memiliki peluang besar untuk memenangkan kompetisi.

Beberapa faktor kunci diidentifikasi sebagai pendorong utama termasuk kinerja yang terbukti jaringan politik yang kuat dan dukungan dari basis pemilih yang sudah ada.

Di sisi lain, kandidat petahana diuntungkan dengan sempitnya waktu pelaksanaan Pilkada dan pelaksanaan kampanye Pilkada 2024. Masa kampanye Pilkada 2024 lebih singkat 60 hari.

“Beberapa faktor yang menyebabkan petahana lebih berpotensi memenangkan pilkada, Petahana memiliki akses untuk memobilisasi sumber daya seperti jejaring pemerintahan, kelompok masyarakat. Petahana juga memiliki relasi dengan elemen-elemen masyarakat yang dibina lewat implementasi kebijakan,” ujarnya, Minggu (6/10).

“Kemudian, petahana lebih mudah untuk mempromosikan diri lewat kebijakan yang menyentuh masyarakat secara signifikan,” tambah Citra Darminto.

Investasi politik petahana selama menjabat  termasuk ingatan publik yang masih hangat dan hanya mengenal petahana sebagai kepala daerah akan membawa keuntungan bagi petahana.

“Sehingga, saya mencoba menyimpulkan, wajar jika saya menilai petahana memiliki peluang lebih besar untuk menang Pilkada,” bebernya.

“Tentu dengan catatan, petahana yang berprestasi atau tidak memiliki persoalan kinerja yang sangat serius tentunya. Jadi dalam kontestasi electoral alias kepemiluan seorang kandidat agar bisa terpilih maka dia harus memiliki setidaknya tiga modal utama. Pertama, yaitu popularitas, akseptabilitas, dan kredibilitas atau kepercayaan,” katanya.

“Kalau bicara soal popularitas dan akseptabilitas, incumben atau petahana sudah mengantongi keduanya. Sementara untuk non-petahana, baru mulai merintis. Adapun modal kredibilitas, petahana sudah memiliki modal tersebut. Hanya saja bobotnya sangat tergantung pada persepsi masyarakat atas kinerja selama petahana menjabat,” tutupnya.