ASAHAN, metro7.co.id – Mengalami kekeringan lahan yang berkepanjangan, ratusan petani padi dari dua Kecamatan di Kabupaten Asahan menyampaikan surat terbuka memohon kepada Presiden Republik Indonesia (RI) Ir Joko Widodo, Kamis (25/7).

Melalui aksi unjuk rasa yang terlaksana pada pagi tadi sekira pukul 10.00 WIB, di tengah lahan sawah padi seluas puluhan ribu hektar yang terletak di Pasar VI Desa Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.

Ratusan masyarakat petani padi berorasi di hadapan sejumlah awak media online, cetak dan televisi menyampaikan segala keluh kesah yang selama ini dialami oleh masyarakat.

Surat terbuka yang disampaikan terkait tentang kondisi debit air untuk sawah para pertanian yang selama ini sungai dan irigasi mereka hanya berfungsi sebagai wadah hujan. Jadi masyarakat hanya bisa berharap adanya hujan turun dari langit.

Masyarakat menyuarakan, bahwa sesuai dengan Program Pemerintah mengenai ketahanan pangan dan sudah dibangunya salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN), yakni bendungan dan saluran suplesi Sei Silau yang akan mengairi 10.700 Hektar persawahan di Asahan, yang mana bendungan tersebut telah rampung dibangung dengan biaya Ratusan Milyar dengan menggunakan anggaran APBN dengan target seluas 10.700 Hektar.

Kemudian juga dari hilir Sei Bunut seluas 5.250 Hektar dan pengembangan menjadi 8.450 Hektar, dan dari Sei Beluru seluas 750 Hektar pengembangan menjadi 2.250 Hektar.

“Saat ini kami berharap kepada Bapak Presiden RI melalui Kementrian PUPR, agar permasalahan dan keluh kesah yang kami alami selama ini dapat segera terealisasi, sehingga penambahan debit air di lahan persawahan padi kami di Kecamatan Rawang Panca Arga dan Kecamatan Meranti dapat normal kembali,” ujarnya masyarakat.

Masyarakat mengatakan, sehubungan dengan bendungan tersebut sudah rampung di bagun, namun info yang kami terima, masih adanya kendala dalam pembebasan lahan untuk mengairi debit air tersebut ke seluruh lahan persawahan Kecamatan Rawang Panca Arga dan Kecamatan Meranti.

“Karena berhubung sampai saat ini, para petani di kedua Kecamatan ini masih dalam mengalami musim kemarau, jadi masih mengandalkan Pompa Air yang dimana biaya pengisian bahan bakarnya di eceran mendapatkan harga yang cukup tinggi, hingga dalam sehari dapat menghabiskan 4 hingga 6 liter minyak bersubsidi seharga Rp 15 ribu,” ungkap masyarakat.

Melalui unjuk rasa menyampaikan surat terbuka ini, ratusan masyarakat dari kedua Kecamatan ini bermohon sangat berharap penuh kepada Presiden RI agar dengan kuasanya bisa segerah mempercepat penambahan debit air dari bendungan Sei Silau yang saat ini benar benar sedang mengalami kekeringan.

Selanjutnya bisa memperkuat dan pembersihan aliran sungai, yaitu Merevitalisasi saluran irigasi Tresier dan Sekunder. Diamana ini sangat dibutuhkan perhatian khusus dari Bapak Presiden RI agar segerah dibangunya bendungan dan saluran Supiesi di Sei Silau untuk segerah terealisasi di kedua Kecamatan tersebut.

“Hingga mampu meningkatkan intensitas tanaman pada padi hingga meningkatnya Produktifitas panen, meningkatnya pendapatan masyarakat petani, hingga terciptanya pertumbuhan ekonomi dan tercapainya Swasembada pangan daerah yang mendukung kedaulatan pangan nasional,” ungkap Mangasi Hutahaean selaku pimpinan orasi unjuk rasa.

Unjuk rasa ini juga dihadiri tokoh masyarakat, Kepala Dusun setempat dan beberapa TNI beserta kepolisian setempat yang dipimpin Kapolsek Kota Kisaran Timur.