DUMAI, RIAU – Hydrocarbon Transportation (HCT) Crude Oil Terminal Operation Center di Kota Dumai, Riau, yang dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bagian dari Subholding Upstream Pertamina, telah mengapalkan lebih dari 22 juta barel minyak sejah alih kelola 9 Agustus lalu.

Seluruh minyak yang terkumpul dialokasikan untuk Unit Pengolahan (Refinery Unit/RU) milik PT Kilang Pertamina International, Subholding Refinery and Petrochemical Pertamina.

“Selain melalui pipa ke Kilang Dumai, minyak dari WK Rokan dikapalkan ke beberapa RU Kilang Pertamina Internasional dengan tujuan Kilang Plaju, Balongan, Cilacap, dan Balikpapan,” ujar Yudianto Utomo, Team Manager Dumai Operation PHR, kepada media di Dumai, Rabu (22/12).

Yudianto mengatakan, HCT PHR di Kota Dumai memiliki 16 tanki penampung. Dua tanki terbesar, masing-masing berkapasitas 600 ribu barel difungsikan untuk menampung minyak Duri (DC) dan satunya untuk DC cleaning & repair.

Sisa tanki, lanjutnya, berukuran di bawahnya untuk menampung minyak Duri. “Kami juga ada tujuh tanki penampung  Sumatra Light Crude yang berasal dari Lapangan Minas,” jelasnya.

HCT PHR di Dumai memiliki beberapa peralatan utama untuk menampung minyak. Selain tanki di Dumai, perusahaan juga memiliki 10 tanki berkapasitas 700 ribu barel di Duri, Kabupaten Bengkalis, PHR juga memiliki 13 stasiun pengukur minyak mentah (primary meter) dan jaringan pipa sepanjang 547 km.

“Jaringan pipa ini meliputi trunk line 337 km. Kami juga ada loading line 27 km dan tie-in line 183 km,” bebernya.

Untuk pengapalan, ungkap Yudianto, PHR juga memiliki jaringan pipa untuk dermaga satu berukuran 2 inch untuk loading line, dermaga dua 30 inch, dermaga tiga 30 inch, dan dermaga empat 40 inch.

PHR juga memiliki empat dermaga (oil wharf), yakni oil wharf satu dan dua berkapasitas masing-masing 150 ribu DWT, oil wharf tiga 100 ribu DWT, dan oil wharf empat 50.000 DWT.

Setiap bulan HCT Kota Dumai rata-rata mengirimkan minyak melalui 16 kapal. Waktu yang diberikan untuk proses loading minyak ke kapal rata-rata 2,5 hari.

“Kalau produksi naik, lifting juga bertambah sehingga jumlah minyak yang dikapalkan juga bertambah,” ujarnya.

Secara terpisah, Ifki Sukarya, Sekretaris Perusahaan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menuturkan, KPI sebagai Subholding Refining & Petrochemical (SH R&P) menyambut baik sinergi antar subholding di Pertamina.

“Minyak mentah produksi PHR akan diolah di kilang Pertamina yang dikelola oleh KPI.  Kapasitas pengolahan total di kilang Pertamina saat ini mencapai sekitar 1 juta barel per hari,” imbuhnya.

Menurut Ifki, saat ini KPI juga tengah melaksanakan proyek untuk pengembangan kilang sehingga ke depan kapasitas pengolahannya akan bertambah sebanyak 125 ribu barel per hari.

Minyak mentah dari Subholding Upstream yang diolah di kilang Pertamina yang dikelola SH R&P akan menghasilkan berbagai produk olahan yang akan dipasarkan melalui Subholding Commercial dan Trading (SH C&T).

“Tentu saja hal ini merupakan sinergi antar Subholding di Pertamina yang dapat meningkatkan kinerja Pertamina untuk menuju pencapaian aspirasi Pertamina menjadi perusahaan dengan nilai pasar sebesar 100 milyar USD pada tahun 2024,” pungkasnya.