WONOSOBO, metro7.co.id – Sektor pertanian memiliki peran signifikan untuk perekonomian Indonesia, terutama di Kabupaten Wonosobo. Dimana, tahun 2022 sektor tersebut menjadi kontributor terbesar PDRB Kabupaten Wonosobo yaitu sebesar 29,6 persen.

Demikian disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Wonosobo, One Andang Wardoyo pada saat Diseminasi Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2023 Tahap I, oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Wonosobo Senin, (12/12/2023) di Ruang Mangoenkoesoemo Setda.

Andang menambahkan, pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian meningkat 0,7 persen dari tahun 2021 menjadi 2,21 persen pada 2023. Hal ini, berkontribusi penting terhadap pertumbuhan perekonomian daerah secara keseluruhan.

Dari desiminasi ini, diharapkan sektor pertanian mampu menjadi back bone pembangunan di Wonosobo dan mampu mengangkat kesejahteraan petani. “Data pertanian yang berkualitas, akan mendukung mewujudkan pembangunan pertanian yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala BPS Wonosobo Mustaqim menjelaskan, jumlah unit usaha pertanian pada tahun 2023 sebesar 142.977 unit, atau naik sebesar 0,27 persen dari hasil ST2013. Dimana, usaha pertanian didominasi oleh Usaha Pertanian Perorangan (UTP) sebanyak 146.402, atau naik 2,67 persen dari tahun 2013. Adapun Usaha Pertanian Berbadan Hukum (UPB) sebanyak 4 unit, atau turun 33.33 persen dari tahun 2013 yang berjumlah 6 unit.

” Usaha Pertanian Lainnya (UTL) sebanyak 124 unit turun 25,30 persen dari tahun 2013 yang berjumlah 166 unit. Sedangkan, jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) hasil ST2023 di Kabupaten Wonosobo sebanyak 142.977 naik 0,27 persen dibandingkan tahun 2013,” tambahnya.

Sensus kali ini, terang Mustaqim, petani milenial menjadi salah satu fenomena yang ditemukan dengan jumlah 72.567 orang atau 49.57 persen dari jumlah petani berusia 19-39 tahun. Saat ini, pemerintah tengah mendorong bagaimana petani milenial mampu untuk survive di sektor pertanian.

“Walau usaha ini sangat sulit karena nilai tambahnya agak kecil dibandingkan dengan sektor sektor yang lain, namun dengan sentuhan teknologi diharapkan pertanian mampu survive ditangan mereka yang masih muda,” imbuhnya.

Dari sensus ini diharapkan muncul data statistik yang lengkap dan akurat, sehingga dapat mendukung perencanaan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan di sektor pertanian. Sehingga bisa dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan pembangunan di masing-masing daerah, terutama di Wonosobo, guna meningkatkan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan yang dicita-citakan bersama.

“Sensus Pertanian 2023 ini merupakan sensus pertanian ketujuh yang diselenggarakan BPS setiap sepuluh tahun sekali sejak 1963, sebagai amanat Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997 Tentang Statistik, dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO), yang menetapkan “The World Programme for the Cencus of Agriculture (WCA)” Periode 2016-2025,” pungkasnya. *