Jakarta, metro7.co.id  – Mirukaku, brand asli Indonesia telah menempuh perjalanan yang luar biasa hingga kini membuatnya jadi sorotan di TikTok dan diakui oleh banyak beauty enthusiast. Mirukaku berawal hanya dari usaha sampingan, kata Owner Mirukaku, Yuliandi kepada awak media, Sabtu (8/6/2024).

Mirukaku berdiri dari seorang karyawan yang memiliki pengalaman bekerja di beberapa perusahaan kosmetik, termasuk di salah satu brand kosmetik Korea yang terkenal. Owner Mirukaku tersebut memulai karirnya dari bawah sampai menjabat sebagai seorang manajer di perusahaan kosmetik, membuat sebuah ide dan inspirasi muncul untuk mendirikan bisnis kosmetiknya sendiri.

“Dorongan lainnya adalah keinginan untuk berkembang lebih jauh sebagai seorang manusia dengan berusaha di atas kaki sendiri. Bekerja sama dengan beberapa teman, dimulailah proses perencanaan dan percobaan sampai terlahir satu produk unggulan yang kini melambungkan nama Mirukaku CDHA Gold Serum Brightening Effect. Sayangnya, hal ini tidak bertahan lama karena pandemi COVID-19 yang melanda, sehingga pada tahun 2020 Mirukaku sempat vakum dan hanya menjadi bisnis sampingan,” kata Yuliandi.

Lebih lanjut Yuliandi mengatakan, pada tahun 2023 Mirukaku kembali mengalami kebangkitan dengan tekad yang kuat. Mirukaku mulai memasarkan produknya yang diawali dengan proses marketing tradisional. Mengandalkan reseller kecil dan promosi langsung kepada konsumen yang akhirnya berkembang dengan serius sampai ranah marketing modern yang juga bekerja sama dengan iBooming, platform digital marketing untuk melakukan pemasaran digital secara luas dan terukur.

Bermula dari produk Mirukaku C-DHA Gold Serum Brightening Effect, kini Mirukaku berkembang pesat dan menawarkan berbagai produk perawatan kulit termasuk moisturizer, toner dan sunscreen yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan. Perkembangan ini tidak lepas dari respons positif dan permintaan dari konsumen Mirukaku yang memberikan dorongan untuk terus berkembang dan menyediakan produk yang memenuhi kebutuhan mereka.

Meskipun Mirukaku tidak membatasi target pasar dalam segmen usia tertentu, namun mayoritas pengguna berada dalam rentang usia 18 hingga 50 tahun. Walaupun demikian, produk-produknya juga diminati oleh mereka yang di luar rentang usia tersebut, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan perawatan kulit yang sehat tidak mengenal usia.

Seperti dijelaskan oleh Yuliandi, industri skincare di Indonesia dalam persaingan yang ketat, karena itu Mirukaku menonjolkan keunikan dan kekuatannya sebagai brand lokal yang diproduksi sepenuhnya di Indonesia. Konsep praktis dan aman, serta kualitas bahan baku yang dipilih dengan cermat, menjadi faktor utama yang membedakan Mirukaku dari brand lain. Meskipun terlibat dalam persaingan harga yang tajam, Mirukaku tetap berpegang pada prinsip bahwa kualitas tidak bisa dikompromikan.

“Dalam menghadapi persaingan dan tantangan seperti kebiasaan konsumen yang menginginkan hasil instan tanpa memperhatikan resiko, Mirukaku perlu tanggap dan kreatif dalam memberikan edukasi dan menjaga kualitas produk bagi konsumen,” kata Yuliandi.

Dalam menghadapi tren dan perubahan preferensi konsumen, Mirukaku terus mengikuti perkembangan terbaru dalam industri skincare tanpa mengabaikan kebutuhan konsumen sesungguhnya. Inovasi dan pengembangan produk terus dilakukan untuk memenuhi tuntutan pasar yang terus berkembang.

Melalui pemasaran digital yang aktif, termasuk endorsement oleh influencer dan memanfaatkan peran komunitas influencer dengan iBooming, Mirukaku berhasil menarik perhatian konsumen dan meningkatkan penjualan. Pencapaian terbaik yang telah diraih adalah mampu memosisikan diri sebagai salah satu pemain utama dalam industri skincare lokal, dengan harapan untuk terus berkembang dan dikenal secara global.

“Menghadapi perubahan tren kedepannya, kami siap menghadapi tantangan tren dengan berinovasi dan mendengarkan kebutuhan konsumen, karena kami yakin kualitas yang baik dan pendekatan yang berkelanjutan dalam menjalani bisnis adalah jalan untuk beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi,” kata Yuliandi.

(Dilaporkan oleh Muhammad Fadhli)